Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Moncer, Pendapatan Bunga BRI (BBRI) Naik Rp13,05 Triliun per Semester I/2024

BRI (BBRI) berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan bungga hingga Rp13,05 triliun pada semester I/2024.
Karyawan menghitung uang pecahan Rp.100.000 di salah satu kantor cabang PT Bank Rakyat Indonesia Tbk di Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan menghitung uang pecahan Rp.100.000 di salah satu kantor cabang PT Bank Rakyat Indonesia Tbk di Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI) secara konsolidasi membukukan penyaluran kredit mencapai Rp1.264,77 triliun atau melonjak 5,59% dibandingkan periode sebelumnya (year-on-year/yoy) sebesar Rp1.197,75 triliun.

Pertumbuhan penyaluran kredit BRI kemudian mengerek pendapatan bunga perusahaan menjadi Rp98,64 triliun. Capaian ini naik Rp13,05 triliun dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp85,59 triliun. 

Adapun, segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit BRI, dengan porsi mencapai 81,96% dari total penyaluran kredit BRI, atau sekitar Rp1.095,64 triliun. 

Direktur Utama BRI Sunarso juga menyebut penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut membuat aset BRI tercatat meningkat. Hingga akhir Juni 2024, tercatat aset BRI tumbuh 9,54% yoy menjadi sebesar Rp1.977,37 triliun. 

Pertumbuhan kredit tersebut diikuti dengan penyaluran kredit yang selektif dan prudent sehingga Perseroan mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan. 

“Rasio Loan at Risk (LAR) tercatat membaik atau turun, dari semula 14,94% pada akhir triwulan II/2023 menjadi 12,00% pada akhir triwulan II/2024. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di kisaran 3,05% dengan rasio NPL coverage berada pada level yang memadai sebesar 211,60%,” ujar Sunarso, Kamis (25/7/2024).

Sebagaimana diketahui, BRI mencatatkan laba bersih konsolidasi yang dapat diatribusikan ke pemilik sebesar Rp29,7 triliun per Juni 2024. 

Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp29,42 triliun. Sedangkan total laba bersih komprehensif mencapai Rp29,99 triliun. 

Adapun, dari sisi pendanaan, BRI telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp1.389,66 triliun, naik 11,6% yoy. Pendanaan bank didominasi oleh dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar Rp877,89 triliun, tumbuh 7,7% yoy. Porsi dana murah bank mencapai 63,17% per Juni 2024.

"Yang mendukung pencapaian dana murah adalah kami memiliki implementasi hybrid bank yang disalurkan lewat Agen BRIlink dan ada superapp BRImo," kata Sunarso.

Proyeksi saham BBRI 

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan harga saham BBRI masih berpotensi naik.

"Prospek saham BBRI masih bagus rekomendasi buy," katanya kepada Bisnis pada Kamis (25/7/2024).

Menurutnya, ekspektasi putaran kredit tahun ini akan cukup kuat dan mendorong emiten perbankan besar seperti BBRI bisa mencaplok permintaan kredit tersebut.

Sementara itu, secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan saham BBRI mendapatkan rekomendasi buy on weakness dengan support Rp4.280 dan level resistance Rp4.940 per saham.  

"Saham BBRI memiliki target harga Rp4.980 sampai Rp5.325 per saham,” ujarnya kepada Bisnis. 

Adapun, Analis Saham Sekuritas BCA Achmad Yaki mengatakan bahwa laba bersih BBRI hanya tumbuh sekitar 1,1% pada semester I/2024 dan minus hampir 13% QoQ, berada di bawah ekspektasi pasar.

“[Ini] karena tekanan NIM yang terus menekan kinerja nya, selain itu kenaikan OPEX 19,8% QoQ meningkatkan Cost to Income Ratio (CIR) ke level 41%,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (25/7/2024) 

Lebih lanjut, usaha manajemen memperbaiki kinerja dengan pertumbuhan kredit 11% sepanjang semester I/2024, di mana dari segmen konsumer  tumbuh 11,5% YoY dan untuk korporasi mencapai 29,2% YoY.

Adapun, kata Yaki, provisi yang turun 22% untuk tetap menjaga rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) di kisaran 3,1% belum mampu mengangkat kinerja BBRI.

"BBRI bisa memaksimalkan kuota kredit usaha rakyat [KUR] yang infonya masih Rp80 triliun lebih, karena ada subsidi bunga dan risiko yang dilindungi asuransi pemerintah," tuturnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper