Bisnis.com, JAKARTA – Pembiayaan kendaraan bekas multifinance melesat di tengah situasi melemahnya daya beli dan turunnya penjualan mobil baru.
Praktisi dan pengamat industri pembiayaan, Jodjana Jody mengatakan pertumbuhan pembiayaan kendaraan baru merosot lebih tajam seiring dengan penurunan market kendaraan baru.
"Faktor daya beli jadi hambatan utama, dan konsumen banyak yang meminta DP [down payment] rendah serta persyaratan multifinance yang makin ketat seiring dengan fokus perbaikan portfolio di multifinance," kata Jody kepada Bisnis, dikutip Minggu (20/7/2025).
Menilik data Gaikindo dalam semester I/2025, penjualan mobil secara wholesales pada Juni 2025 merosot 22,6% year-on-year (YoY) menjadi 57.760 unit. Di lain sisi, penjualan mobil secara ritel alias dari dealer ke konsumen juga anjlok 12,3% YoY menjadi 61.647 unit.
Alhasil, sepanjang periode Januari-Juni 2025, total penjualan mobil wholesales ambles 8,6% YoY menjadi 374.740 unit. Sedangkan penjualan mobil secara ritel turun 9,7% YoY menjadi 390.467 unit.
Jody memperkirakan kontraksi ini akan berlanjut sampai akhir tahun. Dalam catatannya, penjualan ritel kendaraan roda empat baru sepanjang tahun lalu ambles 15% YoY, dan jika diakumulasikan dalam dua tahun terakhir penjualan kendaraan baru sudah rontok lebih dari 25% YoY.
Baca Juga
"Mobil bekas atau motor bekas diperkirakan penurunannya tidak setajam yang baru dan itu akan berimbas ke pembiayaan [industri multifinance] kita," tegasnya.
Umumnya, bunga pembiayaan kendaraan bekas lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan baru karena dianggap memiliki risiko yang lebih besar bagi perusahaan pembiayaan, seperti potensi kerusakan yang lebih tinggi dan penurunan nilai yang lebih cepat.
Meski demikian, Jody menilai kendaraan bekas punya harga jual yang lebih menarik karena sudah terdepresiasi, sehingga bunga yang lebih tinggi tidak begitu jadi perhatian.
"Yang penting cicilannya lebih affordable. Memang banyak pembiayaan yang diversifikasi ke mobil bekas maupun dana tunai untuk bertahan di tengah market yang berat," tegasnya.
Agar bisa bertahan di tengah situasi market yang berat itu, Jody mengatakan portofolio yang sehat menjadi syarat sebuah perusahaan multifinance dapat tumbuh dengan sehat. Dia melihat setiap pemain di industri multifinance punya selera pasar dan keahlian masing-masing dalam menjaga non performing financing (NPF) tetap terjaga.
"Sehingga susah menggambarkan komposisi [portofolio pembiayaan kendaraan bekas dan baru] yang ideal. Yang penting, tiap portofolio diukur dengan risk parameter yang sama untuk mengukur mana kontribusi profitability yang baik," katanya.
Berdasarkan data OJK, dalam Januari-Mei 2025 penyaluran pembiayaan kendaraan baru mengalami kontraksi 0,24% YoY menjadi Rp234,18 triliun. Sebaliknya, pembiayaan kendaraan bekas tumbuh 10% YoY jadi Rp117,55 triliun. Meski kontraksi, pembiayaan kendaraan baru porsinya masih lebih besar dibanding kendaraan bekas, yaitu 44,07% dibanding 22,12%.