Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengungkap strategi industri asuransi jiwa untuk mendongkrak kinerja hasil investasi yang terkoreksi cukup dalam pada kuartal I/2025.
Simon Imanto, Ketua Bidang Keuangan, Permodalan, Investasi dan Pajak AAJI, mengatakan bahwa secara umum industri asuransi jiwa menerapkan strategi investasi jangka panjang yang berbasis manajemen risiko, sehingga fluktuasi pasar modal dalam jangka pendek tidak serta-merta memberikan dampak signifikan terhadap kinerja investasi secara keseluruhan.
"AAJI mendorong perusahaan untuk tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian melalui diversifikasi portofolio, pemanfaatan teknologi dan data analytics, serta penggunaan instrumen lindung nilai untuk merespons volatilitas pasar," kata Simon kepada Bisnis, Selasa (11/6/2025).
Simon menilai strategi yang adaptif dan pengelolaan risiko yang disiplin tersebut akan menjadi kunci menjaga stabilitas investasi di tengah tantangan yang masih berlangsung.
Dalam periode Januari-Maret 2025, portofolio investasi industri asuransi jiwa dalam instrumen saham menempati posisi kedua terbesar dengan nilai Rp119,79 triliun, atau turun 19% year on year (YoY).
Merujuk pada kondisi pasar saham, AAJI mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sekitar 8% year-to-date, dari posisi 7.303,89 pada akhir Desember 2023 menjadi 6.510,62 pada akhir Maret 2025.
Kondisi pasar saham yang turun tersebut menjadi salah satu faktor hasil investasi industri asuransi jiwa per kuartal I/2025 turun menjadi hanya Rp340 miliar, dibanding periode yang sama pada 2024 dengan hasil investasi mencapai Rp12,32 triliun.
"Sebagai langkah mitigasi, perusahaan asuransi didorong untuk melakukan diversifikasi portofolio ke instrumen yang lebih stabil seperti tanah, bangunan, atau logam mulia, serta mengadopsi pendekatan investasi berbasis data dan teknologi. Penggunaan instrumen lindung nilai [hedging] juga penting dalam mengelola risiko volatilitas pasar," ungkapnya.
Adapun porsi investasi pada bangunan dan tanah dalam kuartal I/2025 oleh industri asuransi jiwa terbilang masih kecil dibanding instrumen lainnya seperti deposito, reksa dana atau Surat Berharga Negara (SBN).
Dalam periode ini, investasi yang ditempatkan berupa bangunan dan tanah mencapai Rp17,80 triliun, tetapi tumbuhnya cukup besar yakni 12,3% YoY.
"Dengan strategi yang tepat dan pengelolaan risiko yang disiplin, industri asuransi jiwa diyakini mampu menjaga stabilitas portofolio dan secara bertahap memulihkan kinerja investasinya di paruh kedua tahun 2025," pungkasnya.