Bisnis.com, JAKARTA - Niat untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci membuat Maesaroh, seorang karyawati, harus menyisihkan pendapatannya demi menabung dana haji. Dana tersebut lantas dia investasikan dalam bentuk tabungan di salah satu bank syariah nasional, agar lebih menenangkan hati.
Pilihan untuk menabung di bank syariah ditularkan anggota keluarga Maesaroh yang lebih dulu membuka rekening tabungan di bank syariah. Bahkan untuk kredit pemilikan rumah (KPR), keluarganya memilih produk bank syariah.
“Untuk dana haji aku buka rekening di BRI Syariah, biar sekalian syariah. Waktu itu sedang ada promo,” ujar perempuan asal Tegal, Jawa Tengah itu pada pekan ini.
Selain dana haji, Maesaroh berminat untuk membeli produk Sukuk Ritel (Sukri), instrumen surat berharga negara syariah untuk individu, yang diterbitkan pemerintah. Namun, hingga kini, minat tersebut belum terealisasi.
Perencana keuangan OneShildt Financial Planning Mohamad Andoko mengatakan investasi syariah mulai berkembang di Indonesia. Produk yang paling banyak diminati masih produk perbankan, yakni tabungan akad mudarabah.
“Mudarabah perbankan masih jadi alternatif. Namun, mulai banyak yang berinvestasi di basis reksa dana syariah,” ujarnya.
Momen Ramadan dinilai Andoko tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan nilai investasi di segmen syariah. Investor menanamkan modalnya di produk syariah karena sesuai dengan ajaran Islam, bukan tersulut momen tertentu. Bahkan, investor syariah seringkali tidak terlalu diperhitungkan tingkat imbal hasil produk investasinya.
“Buat investor yang berbasis syariah, return itu nomor dua, yang penting sesuai dengan pedoman hidup. Padahal imbal hasil juga penting, supaya nilai uang tidak tergerus inflasi,” katanya. Selain tabungan dan reksadana syariah, Andoko mengakui investasi saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index relatif masih sepi peminat.
LEBIH FLEKSIBEL
Bagi investor baru yang berminat untuk masuk ke instrumen investasi syariah, Andoko menyarankan tiga hal.
Pertama , mengambil produk reksadana sebagai alternatif investasi. Reksa dana syariah dinilai lebih fleksibel dibandingkan dengan saham karena tidak perlu terus menerus melihat pergerakan harga.
Kedua , memerhatikan imbal hasil produk reksadana syariah sebesar minimal sama atau lebih tinggi dari tingkat inflasi. Ketiga , produknya minimal telah berjalan selama 3 tahun. “Jadi kita tahu track record-nya. Ini salah satu patokan, selain return yang bagus.”
Bagi investor syariah, Andoko juga merekomendasikan emas batangan sebagai produk investasi yang aman dan sesuai dengan basis syariah. Emas, lanjutnya, pernah menjadi patokan nilai yang harus disiapkan untuk berhaji.
Emas sebagai alternatif invetasi syariah juga dicatat Andoko memiliki tingkat imbal hasil yang relatif tinggi. Dalam 30 tahun terakhir, annual return emas batangan sekitar 14%-15%.
“Saran saya tidak usah yang beli produk investasi emas yang menawarkan bunga tinggi. Dulu ada Gold Bullion Indonesia Syariah yang terbukti menipu nasabah. Lebih baik investasi emas fisik, walaupun ada risiko fluktuasi harga,” pungkasnya.