Dengan modal awal Rp100.000 per bulan, seorang nasabah bank dapat mulai merasakan fasilitas pengelolaan kekayaan atau wealth management yang dulu hanya bisa dinikmati oleh nasabah tajir.
Layanan wealth management perbankan kini mulai membidik anak-anak muda generasi milenial. Berbeda dengan kelompok nasabah kaya dari generasi sebelumnya yang terbiasa dengan layanan serba premium dan privat oleh relationship manager khusus, anak-anak muda sekarang lebih mudah dijangkau melalui pendekatan teknologi.
Sejumlah bank telah mulai menawarkan layanan wealth management berbasis teknologi yang dapat dikelola secara mandiri. Sebagai pemantik, batas minimal dana yang dikelola melalui layanan ini ditetapkan tidak terlampau tinggi.
PT Bank Commonwealth misalnya, memperkenalkan program AutoInvest yang menyasar kelompok anak muda yang baru belajar berinvestasi. Besaran penempatan awal nilai investasi dimulai dari Rp100 ribu per bulan.
Syarat untuk mengikuti program ini pun tidak sulit, yakni harus memiliki rekening di Bank Commonwealth.
“AutoInvest lebih cocok untuk milennial. Mereka bisa belajar produk-produk investasi melalui program tersebut,” kata Ivan Jaya, Head of Wealth Management and Retail Digital Business Bank Commonwealth, beberapa waktu lalu.
Anak perusahaan Commonwealth Bank of Australia (CBA) yang berbasis di Sydney tersebut menyasar pangsa pasar nasabah milenial sebagai target pelaku investasi potensial tahun ini. Pasalnya, dari sisi demografi, kontribusi milenial sangat besar terhadap total jumlah populasi. merujuk kepada data Badan Pusat Statistik (BPS), populasi penduduk Indonesia dengan rentang usia 21-40 tahun mencapai sekitar 34% dari total jumlah penduduk.
Demikian pula, dari sisi kemampuan ekonomi, kelompok ini sudah memasuki usia kerja sehingga memiliki pendapatan yang dapat dikelola melalui fasilitas layanan jasa keuangan, termasuk perbankan.
Melihat potensi tersebut, Bank Commonwealth menargetkan pertumbuhan bisnis dari sektor pengelolaan kekayaan akan tumbuh 20%-25% di 2018. Presentase tersebut lebih tinggi dari kenaikan pada 2016 sebesar 15%-20%.
//INFORMASI//
Generasi milenial juga menjadi incaran PT Bank KEB Hana Indonesia dalam mengembangkan bisnis wealth management. Anak-anak muda yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap peluang investasi menjadi target utama bank asal Korea tersebut.
Membidik nasabah baru, sebagian di antaranya berasal dari kelompok anak muda dari generasi milenial, Bank KEB Hana memiliki target ambisius pada tahun ini.
Pada 2018, perseroan optimistis mematok target pertumbuhan pendapatan dari lini bisnis wealth management senilai sekitar Rp100 miliar, naik dua kali lipat dibandingkan dengan target pada tahun lalu. Sebuah target ambisius, mengingat realisasi pendapatan pada tahun lalu yang hanya mencapai 90% dari target yang ditetapkan senilai Rp50 miliar.
Direktur Bank KEB Hana Bayu Wisnu Wardhana mengatakan, pihaknya optimistis dengan geliat perekonomian saat ini sehingga perseroan berani mematok target tinggi meskipun pada tahun lalu belum mampu merealisasikannya.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan kurang maksimalnya realisasi pada 2017, menurut Bayu, adalah penurunan return dari pengelolaan dana nasabah.
“Sehingga menyebabkan minat investor yang mengharapkan return jumlah tinggi sedikit melemah,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (16/1).
Selain membidik nasabah baru dari kelompok anak muda, Bank KEB Hana juga berupaya menggenjot bisnis wealth management melalui perluasan jaringan dengan menggandeng penyedia layanan keuangan berbasis digital.
“Untuk kerja sama itu akan kita tingkatkan semua. Intinya dari sisi konsumer kita targetkan dua kali lipat pertumbuhannya. Kerja sama dengan perusahaan teknologi finansial juga akan kami eksplorasi terus supaya tidak kalah bersaing dengan bank lain,” ujarnya.
//KOMPREHENSIF//
PT Bank HSBC Indonesia menjanjikan layanan pengelolaan keuangan yang komprehensif dan menjangkau nasabah dari seluruh segmen.
Head of Wealth Management PT Bak HSBC Indonesia Steven Suryana mengatakan, pihaknya memang bertujuan untuk memberikan layanan finansial yang menyeluruh, dengan menawarkan beragam produk investasi.
“Semua kebutuhan nasabah bisa kami bantu melalui wealth management. Tujuan kita adalah memberikan layanan finansial menyeluruh. Layanan kami komprehensif, jadi secara pilihan produk cukup komprehensif,” ujarnya.
Steven berpendapat pada tahun-tahun mendatang bisnis kelolaan nasabah kaya atau wealth management akan terus tumbuh. Hal ini sejalan dengan tren penurunan suku bunga sehingga nasabah perbankan lebih gencar mencari instrument investasi yang dapat memenuhi kebutuhannya.
HSBC Indonesia optimistis mampu menjangkau nasabah di berbagai daerah secara lebih majemuk. Apalagi, sekarang perseroan sudah beroperasi di 29 kota dengan 99 cabang. Dan yang pasti seiring dengan masih minimnya investor reksadana maka wealth management yang dikelola HSBC Indonesia diyakini dapat terus bergerak naik.
Terlebih, berdasarkan studi HSBC Power of Protection 2017 diketahui hanya 35% masyarakat Indonesia yang mengaku sudah punya pengelolaan keuangan dengan baik. Sebagian besar lain mengaku belum memiliki antisipasi memadai jika terjadi peristiwa tidak terduga yang berdampak signifikan terhadap stabilitas keuangan mereka.
Dalam menjangkau nasabah dari generasi milienial, bank memang harus menerapkan strategi tersendiri agar mereka tetap merasa nyaman dan mendapatkan keleluasaan dalam mengelola uang mereka di bank.