Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Bakal Bikin Industri Tekfin P2P Lending Bukan Lagi Sekadar 'Pinjol', Ini Caranya

Apabila iklim bisnis ideal industri tekfin P2P lending dapat terjaga dengan baik, harapannya setiap platform tak lagi hanya fokus berperan sebagai 'pinjol', namun juga melakukan kerja-kerja fisik lewat memperluas kemitraan.
Ilustrasi P2P lending atau pinjaman online (pinjol)/Samsung.com
Ilustrasi P2P lending atau pinjaman online (pinjol)/Samsung.com

Bisnis.com, MEDAN - Setelah regulasi anyar tekfin pendanaan bersama (P2P lending) nantinya resmi berlaku, setiap platform harus mulai berkomitmen untuk lebih banyak melayani pelaku UMKM dan tak sekadar menjadi pinjaman online (pinjol) untuk kebutuhan konsumtif.

Anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riswinandi menjelaskan hal ini seiring temuan beberapa platform yang hanya menjadi alat pemutar likuiditas eksklusif buat pemegang sahamnya.

Sebab, suatu platform yang hanya memiliki pemegang sahamnya sendiri sebagai pemberi pinjaman (lender) institusi dominan, kemungkinan besar menjadi malas memperluas kemitraan, nyaman dengan penyaluran pinjaman ke sektor konsumtif, dan cenderung kurang bisa menjaring lender ritel.

"Kalau seperti ini, platform jadi [seolah-olah] bikinin utang pemegang sahamnya. Maka dari itu, ke depan akan kami batasi, juga ada ketentuan peningkatan modal minimal. Harapannya, komitmen pemegang saham suatu platform untuk menjamin tata kelola P2P lending yang baik menjadi lebih tinggi," ujarnya dalam diskusi 'Perkembangan dan Transformasi Pengawasan Sektor IKNB' bersama media, Medan, Sumatra Utara, dikutip Minggu (27/3/2022).

OJK menekankan bahwa platform tekfin pendanaan bersama harus sesuai dengan fungsi awalnya, yaitu kegiatan urun pendanaan yang mempertemukan antara lender dengan para peminjam (borrower).

Apabila praktik persaingan sehat dapat terjaga, setiap platform pasti akan berlomba-lomba memperkuat kualitas penyaluran pinjamannya untuk memunculkan ketertarikan masyarakat menjadi lender ritel di tempatnya.

Begitu pula untuk menarik minat lembaga keuangan menjadi lender institusi. Sebab, lembaga keuangan pasti hanya akan melirik platform P2P lending yang memiliki kredibilitas, serta terbukti memiliki creditworthiness assessment yang baik dalam rangka meminimalkan tingkat gagal bayar para borrower-nya.

Iklim ideal ini harapannya berdampak positif dalam hal memperkuat kontribusi industri menjangkau pelaku UMKM dan individu berkualitas yang sebelumnya sulit menjangkau akses kredit dari lembaga keuangan konvensional.

Juga memperkuat ciri khas industri sebagai lembaga jasa keuangan yang memiliki karakteristik fleksibel dan cepat dengan pinjaman bernilai kecil dan bertenor singkat.

"Kalau setiap platform berlomba memperkuat kualitas pinjaman, maka mereka akan memperluas kemitraan untuk mengasah kemampuan credit score miliknya. Akhirnya, industri ini tak melulu mengurus pinjaman online saja, tapi juga ada kerja-kerja fisik untuk meningkatkan kinerjanya lewat memperluas kemitraan dengan suatu ekosistem," jelasnya.

Riswinandi mencontohkan suatu platform P2P lending yang melayani pinjaman invoice suatu UMKM di bidang vendor atau supplier, biasanya telah bermitra dengan entitas pemberi invoice terkait, atau biasa disebut payor. Begitu pula dengan yang melayani pinjaman buat individu atau pelaku usaha dalam ekosistem e-commerce, pun biasanya telah bermitra dengan e-commerce terkait.

Oleh sebab itu, beberapa poin aturan main baru untuk industri tekfin P2P lending yang akan meluncur dalam waktu dekat, salah satunya bertujuan memperkuat terselenggaranya iklim bisnis ideal tersebut.

Antara lain, lewat peningkatan ekuitas minimal, pembatasan kontribusi dari lender institusi non-lembaga keuangan, mewajibkan SDM pengurus platform memiliki pengalaman manajerial dalam penyaluran kredit di lembaga keuangan konvensional, serta peningkatan kewajiban transparansi dalam rangka perlindungan dua sisi konsumen pengguna platform, yaitu para lender dan borrower.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper