Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LPEM UI Beberkan Alasan BI Harus Pertahankan Suku Bunga Acuan di 6%

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky berpendapat bahwa peningkatan BI Rate bukan langkah ideal yang perlu diambil saat ini.
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020).  Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) dinilai masih harus mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 23 dan 24 April 2024.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky berpendapat bahwa peningkatan BI Rate bukan langkah ideal yang perlu diambil saat ini.

“Peningkatan BI Rate dapat dipertimbangkan sebagai opsi terakhir menimbang potensi risiko domestik yang akan muncul,” katanya, Selasa (23/4/2024).

Riefky menyampaikan, inflasi umum pada Maret 2024 mengalami peningkatan dengan kontributor utama dari kenaikan harga pangan, dipengaruhi oleh tertundanya musim panen yang bergeser ke akhir Maret 2024 hingga April 2024.

Kenaikan harga pangan juga semakin diperburuk oleh meningkatnya permintaan komoditas pangan selama bulan Ramadan.

Menurut Riefky, meski angka inflasi Maret 2024 yang mencapai 3,05% secara tahunan merupakan yang tertinggi dalam tujuh bulan terakhir, tapi angka tersebut masih berada dalam kisaran target BI sebesar 2,5% hingga 3,5%.

Sementara itu, rupiah tengah menghadapi tekanan mata uang yang sangat besar dan lonjakan arus keluar modal dalam dua minggu terakhir, yang dipicu oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan sentimen ‘high-for-longer’ dari the Fed. 

Tercatat, terjadi arus modal keluar dari Indonesia sejak akhir Maret hingga awal April, yang dipicu oleh sentimen bahwa AS berpotensi menahan suku bunga acuannya lebih lama dan mendorong investor mengalihkan portofolionya sebelum periode penutupan pasar keuangan selama periode libur panjang Idulfitri. 

Ketika pasar modal Indonesia kembali dibuka pada 16 April 2024, nilai tukar rupiah tercatat sudah berada di atas Rp16.000 per dolar AS dan langsung mengalami arus modal keluar. Perkembangan ini sejalan dengan arus modal keluar yang mencapai US$0,49 miliar pada pekan pertama setelah libur Lebaran.

Sementara, imbuh Riefky, akumulasi modal keluar selama satu bulan terakhir, 18 Maret hingga 18 April, mencapai US$2,11 miliar dan merupakan arus modal keluar bulanan terbesar sejak September lalu.

Kondisi ini juga berimbas pada imbal hasil surat utang pemerintah Indonesia tenor 10 tahun yang meningkat ke level 7,03% dari 6,67% sebulan sebelumnya, mencapai titik tertingginya dalam 5 bulan terakhir

Riefky menilai, intervensi yang dilakukan BI dalam seminggu terakhir mampu menstabilkan nilai tukar rupiah. Namun, karena besarnya tekanan eksternal, berbagai intervensi BI hanya mampu menstabilkan rupiah di kisaran Rp16.200 per dolar AS. 

Rupiah pun tercatat mengalami depresiasi sekitar 2,98% month-to-month atau 5,5% year-to-date terhadap dolar AS. 

Riefky mengatakan, depresiasi rupiah tersebut tercatat sebagai salah satu mata uang dengan performa terburuk dibandingkan negara peers dan hanya lebih baik dari Lira Brazil dalam satu bulan terakhir.

Namun demikian, Riefky menilai bahwa BI masih memiliki beberapa alternatif kebijakan yang dapat dioptimalisasi untuk menstabilkan rupiah dengan dukungan cadangan devisa yang memadai.

Jika BI menaikkan suku bunga, maka biaya pinjaman akan meningkat dan dikhawatirkan berdampak negatif terhadap sektor riil.

“Menimbang berbagai hal tersebut, kami berpandangan BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00% saat ini,” tutur Riefky.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper