Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA Rilis Kinerja Kuartal III/2024 Besok, Cek Prediksi dari Konsensus Analis

BCA (BBCA) akan merilis kinerja kuartal III/2024 besok, Rabu (23/10/2024). Simak prediksi dari konsensus analis.
Pekerja beraktivitas di dekat logo milik PT Bank Central Asia Tbk di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Pekerja beraktivitas di dekat logo milik PT Bank Central Asia Tbk di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) akan melaporkan kinerja keuangan pada Rabu (23/10/2024) sore hari pukul 16.00 WIB. Konsensus analis laba bersih dan pendapatan BBCA mengalami peningkatan pada periode 9 bulan 2024.

Berdasarkan data dari Terminal Bloomberg, konsensus analis memperkirakan BBCA akan mencetak pendapatan sebesar Rp27,33 triliun pada tiga bulan pada kuartal III/2024. Pendapatan ini naik secara kuartal ke kuartal atau quarter-on-quarter (qoq) dari Rp26,3 triliun pada kuartal II/2024. 

Sementara itu, laba bersih BBCA diperkirakan menjadi Rp13,59 triliun dalam tiga bulan pada kuartal III/2024. Sebelumnya, BBCA tercatat membukukan laba sebesar Rp13,99 triliun pada kuartal II/2023. 

Apabila diakumulasikan, maka BBCA diperkirakan meraih pendapatan sebesar Rp72,42 triliun pada periode 9 bulan 2024. Pendapatan ini naik 7,04% dibandingkan periode 9 bulan 2023 yang sebesar Rp72,33 triliun. 

Di sisi lain, akumulasi laba bersih BBCA selama 9 bulan 2024 diperkirakan menjadi Rp40,47 triliun, naik 11,11% dibandingkan dengan periode 9 bulan 2023 sebesar Rp36,42 triliun.

Konsensus analis Bloomberg juga masih memandang positif prospek saham BBCA. Dari 35 analis yang memantau, 31 di antaranya merekomendasikan beli dan sisanya memilih rekomendasi jual. Target harga rata-rata saham BBCA adalah Rp11.622.

Sebagaimana diketahui, pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (22/10/2024), harga saham BBCA turun 1,64% dalam 24 jam terakhir dan ditutup di level Rp10.500. Lalu, selama sepekan, harga saham BBCA juga terkoreksi 1,18%.

Meski demikian harga saham BBCA menghijau sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), di mana masih tercatat naik 11,7%. Bahkan, jika menilik pergerakan lima tahun terakhir, BBCA masih mencatatkan kenaikan 77,66%.

Tim analis Samuel Sekuritas mencatat pada periode Januari 2024 hingga Agustus 2024, pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) solid sebesar 8,8% yoy

Adapun, BCA mendapat keuntungan dari pemangkasan suku bunga acuan BI pada semester II/2024 karena memiliki rasio dana murah alias CASA tertinggi dibandingkan dengan bank lain.

“BCA mungkin perlu menaikkan biaya kredit jika kualitas aset memburuk akibat melemahnya rupiah,” tulis Prasetya Gunadi & Brandon Boediman yang dikutip pada Rabu (16/10/2024)

Saham tersebut kemungkinan akan mengalami taking profit lebih lanjut karena kinerjanya yang telah melampaui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Terkait kinerja, BCA memang mencatatkan laba bersih senilai Rp35,99 triliun pada Agustus 2024, dengan pertumbuhan dobel digit sebesar 13,5% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp31,71 triliun. Pertumbuhan ini menjadikan BCA sebagai bank dengan kenaikan laba tertinggi di KBMI IV.

Tren positif laba BBCA tersebut ditopang oleh kinerja apik pada sisi top line. Tercatat, pendapatan bunga tumbuh 8,08% yoy menjadi Rp58,27 triliun, sehingga NII dibukukan ke level Rp50,55 triliun, naik 8,78% yoy dari Rp46,47 triliun.  

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn memandang kredit untuk bisnis korporasi, komersial, dan UKM dapat tetap tumbuh secara positif dan pruden, seiring dengan pelonggaran likuiditas serta penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). 

Sebagai informasi, per Agustus pertumbuhan total kredit BCA secara bank only mencapai 16% secara tahunan (YoY) menjadi Rp843 triliun. Pertumbuhan total kredit ini salah satunya ditopang oleh penyaluran kredit untuk mendukung program hilirisasi dari pemerintah. 

“Ke depan, BCA akan senantiasa mendorong penyaluran kredit di berbagai sektor, dengan senantiasa mempertimbangkan prinsip kehati-hatian sesuai dengan dinamika makro ekonomi domestik maupun global,” ujarnya. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper