Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reaksi Industri Asuransi Jiwa Saat IHSG Memerah, Miliki Penempatan Rp119,79 Triiun

Dalam 2 tahun terakhir, penempatan investasi oleh perusahaan asuransi jiwa di instrumen saham semakin surut yakni kontraksi 7,3% YoY dan 19% YoY.
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Senin (28/10/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Senin (28/10/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, BOGOR – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) meyakini  anggotanya tetap akan menempatkan dana di instrumen saham meski saat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia terus tertekan.

Per kuartal I/2025, industri asuransi jiwa menempatkan dana kelolaannya sebesar Rp119,79 triiun di saham. Alhasil, dalam periode ini hasil investasi industri asuransi jiwa hanya memberikan keuntungan sebesar Rp340 miliar, turun tajam dibanding hasil investasi kuartal I/2024 sebesar Rp12,32 triliun.

Simon Imanto, Ketua Bidang Keuangan, Permodalan, Pajak dan Investasi AAJI menjelaskan penurunan IHSG diakibatkan oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi global terutama penerapan tarif resiprokal oleh AS. Saat yang sama, eskalasi konflik di Timur Tengah turun mendorong ketidak pastian yang diikuti  pengaruh perlambatan PDB dan meningkatnya risiko fiskal.

"Kondisi ini tentunya menjadi perhatian utama bagi industri asuransi jiwa. Walaupun demikian, perlu dipahami bahwa asuransi jiwa merupakan industri jangka panjang dengan horizon investasi yang juga bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, koreksi pasar dalam jangka pendek tidak serta-merta menyebabkan perusahaan asuransi jiwa menarik dananya dari instrumen saham secara drastis," kata Simon kepada Bisnis, Rabu (25/6/2025).

Meski pasar saham berisiko tinggi, Simon menegaskan industri asuransi jiwa tetap berupaya menjalankan fungsinya dalam mendukung penguatan pasar modal domestik, sembari melakukan evaluasi portofolio secara berkala. 

Menurutnya, prinsip kehati-hatian, diversifikasi portofolio dan manajemen risiko, serta penerapan Asset Liability Management (ALMA) menjadi pendekatan utama dalam menyikapi gejolak pasar. 

"Industri asuransi jiwa tetap melakukan penyesuaian secara bertahap pada komposisi asetnya untuk memastikan kinerja tetap terjaga dan tidak terlalu bergantung pada satu instrumen investasi saja," ujarnya.

Adapun jika melihat tren dalam dua periode berturut, investasi saham oleh industri asuransi jiwa semakin susut seiring dengan melemahnya IHSG. Tercatat, kontraksi penempatan saham dalam periode kuartal I/2024 dan kuartal I/2025 masing-masing sebesar 7,3% YoY dan 19% YoY.

Simon mengatakan bahwa arah investasi saham ditentukan oleh analisis internal masing-masing perusahaan asuransi jiwa berdasarkan kondisi pasar, prospek jangka panjang dan profil risiko yang sesuai dengan karakter bisnis asuransi jiwa.

Secara umum, perusahaan anggota AAJI juga cenderung memilih saham-saham dari emiten yang memiliki fundamental kuat, likuiditas tinggi dan rekam jejak kinerja yang stabil. 

"Sektor-sektor strategis yang berpotensi bertahan di tengah volatilitas global seperti energi, keuangan dan infrastruktur biasanya menjadi pertimbangan, namun keputusan akhir tetap berada di masing-masing perusahaan sesuai strategi investasinya," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper