Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan asuransi jiwa PT Great Eastern Life Indonesia mengungkap strategi investasi pada 2025.
Direktur Keuangan Great Eastern Life Indonesia, Hana mengungkapkan bahwa perusahaan terus mengikuti dinamika pasar untuk mengelola investasi secara optimal.
"Kami memanfaatkan peluang dari kondisi pasar, terutama di aset yang dinilai dapat memberikan hasil optimal bagi perusahaan dan mendukung kebutuhan para nasabah kami," kata Hana kepada Bisnis, Senin (10/12/2024).
Hana menyebut Great Eastern Life Indonesia akan menitikberatkan investasinya pada instrumen yang aman dan stabil, seperti obligasi pemerintah, untuk memastikan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan perlindungan para nasabah. Selain itu, perusahaan juga memanfaatkan peluang investasi lain sesuai dengan kondisi pasar dan tujuan perusahaan.
Pendekatan ini menjadi dasar untuk menjaga keseimbangan portofolio dan menghadapi tantangan dari kebijakan moneter global. Kebijakan moneter global, termasuk dampak kebijakan pasca terpilihnya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 2025, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi strategi investasi perusahaan. Meski demikian, Hana menilai ekonomi Indonesia memiliki ketahanan yang baik.
"Kami percaya ekonomi domestik Indonesia, yang sangat didukung oleh konsumsi lokal, memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi berbagai tantangan," tuturnya.
Baca Juga
Great Eastern Life Indonesia juga akan terus memantau perkembangan kebijakan global untuk menyesuaikan strategi investasi. Hana menjelaskan bahwa pihaknya mengelola portofolio investasi dengan pendekatan yang hati-hati dan seimbang, di mana diversifikasi menjadi strategi utama untuk mengelola risiko serta mitigasi potensi volatilitas pasar yang disebabkan oleh kebijakan internasional.
"Setiap alokasi disesuaikan dengan kebutuhan dan profil risiko masing-masing produk yang kami tawarkan kepada nasabah. Dengan pendekatan ini, kami berupaya menjaga stabilitas dan pertumbuhan portofolio investasi kami, serta memastikan perlindungan optimal bagi para nasabah kami," ungkapnya.
Per September 2024, Great Eastern Life mencatatkan hasil investasi sebanyak Rp275 miliar. Angka tersebut sedikit mengalami penurunan 8,54% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan Rp301 miliar.
Dilihat dari aset investasi yang mencapai sebanyak Rp12,74 triliun per September 2024, alokasi paling banyak terdapat pada Surat Berharga Negara (SBN) RI sebanyak Rp9,94 triliun. Kemudian saham Rp1,18 triliun, deposito berjangka Rp749 miliar, obligasi korporasi Rp552 miliar, hingga reksadana Rp304 miliar.
Sementara Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat rata-rata hasil investasi industri asuransi jiwa mencapai sebesar Rp26,95 triliun hingga kuartal III/2024. Angka tersebut naik 15% (YoY) dari sebelumnya Rp23,42 triliun. Total aset investasi mencapai sebanyak Rp553,53 triliun, yang naik 3,7% (YoY) dari Rp534 triliun pada September 2023.
Penempatan investasi terbesar industri asuransi jiwa berada di instrumen SBN dengan total kontribusi mencapai 37,2% dari total aset investasi secara keseluruhan. Investasi pada instrumen SBN tercatat sebanyak Rp205,66 triliun, meningkat sebanyak 28,3%.
Namun demikian, beberapa instrumen investasi mengalami penurunan, seperti deposito yang turun 7,1% menjadi Rp34,59 triliun dan saham yang turun 7,5% menjadi Rp144,91 triliun. Sebaliknya, investasi pada obligasi korporasi naik 6,4% menjadi Rp46,5 triliun, sementara penyertaan langsung tumbuh signifikan sebesar 12,8% menjadi Rp27,75 triliun.