Bisnis.com, JAKARTA — Industri dana pensiun terus meninggalkan saham dalam penempatan investasinya. Per Juni 2025 penempatan investasi di saham turun 11,11% (year on year/YoY) dan 6,71% (month to month/MtM) menjadi sebesar Rp22,67 triliun.
Menelisik data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada Juni 2024 penempatan investasi di saham mencapai Rp25,50 triliun dan Mei 2025 sebesar Rp24,30 triliun. Berbeda dengan penempatan investasi di instrumen berisiko rendah yang terus bertumbuh.
Misalnya saja Per Juni 2025 deposito on call tumbuh 54,27% (YoY) menjadi Rp4,05 triliun, deposito berjangka mencapai Rp99,03 triliun atau tumbuh 14,86% (YoY). Kemudian, di surat berharga BI tumbuh 78,44% (YoY) menjadi Rp10,90 triliun dan SBN tumbuh 2,95% (YoY) menjadi Rp137,55 triliun.
Adapun, dari segi hasil investasinya, pendapatan dari bunga dan dividen masih konsisten. Per Juni 2025, bunga/bagi hasil tumbuh 2,66% (YoY) menjadi Rp10,60 triliun. Sementara itu, dividennya mencapai Rp1,68 triliun atau tumbuh 5,65%.
Turunnya porsi investasi saham oleh dana pensiun itu nyatanya tidak beriringan dengan gerak indeks harga saham gabungan (IHSG), yang tercatat naik 7,29% atau 536,27 poin ke level 7.892,91 pada penutupan perdagangan Rabu (13/8/2025). Adapun, secara bulanan, IHSG naik 11,50% alias 813,94 poin.
Baca Juga
Merespons hal tersebut, Direktur Utama Dana Pensiun (Dapen) BCA Budi Sutrisno mengatakan secara umum perubahan penempatan investasi tersebut mencerminkan upaya untuk menyesuaikan portofolio terhadap kondisi pasar yang masih dinamis.
“Penurunan alokasi di saham dan peningkatan pada instrumen berisiko rendah seperti deposito dan SBN menunjukkan kecenderungan untuk memperkuat stabilitas portofolio dan menjaga likuiditas, khususnya di tengah volatilitas pasar modal dan ketidakpastian ekonomi global,” katanya kepada Bisnis, Rabu (13/8/2025).
Meskipun begitu, dia tak menampik bahwa tren bullish di pasar modal dapat membuka peluang untuk mendorong kinerja investasi, tetapi bagi dapen risiko koreksi pasar tetap perlu diantisipasi.
“Dana pensiun memanfaatkan momentum positif secara selektif, sambil menjaga porsi instrumen aman seperti SBN dan deposito untuk memastikan arus kas manfaat pensiun tetap terjaga,” ucapnya.
Menurutnya, pendekatan seperti itu memungkinkan dana pensiun tetap memperoleh pertumbuhan aset yang berkesinambungan tanpa harus mengorbankan keamanan dana kelolaan.
Lebih jauh, Budi menjelaskan bahwa strategi investasi dapen berorientasi pada pencapaian imbal hasil optimal dengan tingkat risiko yang terukur dan sesuai profil kewajiban jangka panjang serta regulasi yang berlaku.
Bagi dapen, lanjutnya, investasi itu menerapkan prinsip PAS (prudent, agile, secure). Prudent artinya investasi disesuaikan dengan kebutuhan dan aturan yang berlaku. Agile berarti investasi harus dinamis dan fleksibel dengan menyesuaikan kondisi yang ada. Sementara itu, secure artinya risiko investasi harus dihitung secara cermat sehingga bisa aman.
Sementara itu, pengamat industri dana pensiun, Suheri menilai strategi investasi di dapen adalah mengoptimalkan hasil dengan tetap mengacu pada kesesuaian antara aset dan liabilitas, supaya tidak mengalami masalah likuiditas.
“Jadi bukan semata-mata mereka mencari profit, tapi mereka tetap harus mempertimbangkan keseimbangan antara aset dengan profitabilitasnya, karena dana pensiun ini kan sebetulnya investasi jangka panjang. Kalaupun ada perubahan kecil itu lebih taktikal mereka untuk mengambil momen,” ucapnya kepada Bisnis, Rabu (13/8/2025).