Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis emas perbankan syariah saat ini dalam tren pertumbuhan yang menggembirakan. Bisnis emas juga makin moncer sejalan dengan peluncuran bank emas atau bullion bank belum lama ini.
PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) membuka peluang untuk menggarap bisnis bullion atau bank emas melalui entitas barunya Bank CIMB Niaga Syariah, yang saat ini dalam proses spin-off untuk berstatus menjadi bank umum syariah.
“Sedang dikaji, sekarang kami fokus ke spin off dulu,” ujar Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan kepada Bisnis, Senin (18/8/2025).
Meski demikian, Lani belum membeberkan secara rinci rencana pengembangan bisnis bullion bank, yang menjadi salah satu lini usaha yang berkembang pesat di perbankan syariah, sebagaimana dijalankan oleh Bank Syariah Indonesia (BSI). Sejumlah bank syariah lain, seperti BCA Syariah dan Bank Muamalat juga tak ketinggalan menggarap bisnis emas walau kini baru berupa pembiayaan emas.
Baca Juga : Harga Emas Menguat di Tengah Tekanan Inflasi AS |
---|
Sebagaimana diketahui, Bank CIMB Niaga resmi mengumumkan nama entitas baru hasil pemisahan atau spin off unit usaha syariah. Pengumuman tersebut disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis, 26 Juni 2025, dan dituangkan secara resmi dalam keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Manajemen CIMB Niaga menyampaikan bahwa penyapihan UUS ini mengacu pada regulasi bahwa UUS dengan nilai aset mencapai 50% dari total nilai aset induk, atau memiliki aset minimal Rp50 triliun, wajib untuk melakukan pemisahan.
Adapun, pada 2024, total aset UUS CIMB Niaga telah mencapai Rp67,5 triliun, atau setara dengan 19,3% dari total aset induk. "Untuk tujuan pemisahan tersebut, perseroan menyusun rancangan pemisahan yang nantinya akan dimintakan persetujuannya melalui Rapat Umum Pemegang Saham," ujar manajemen.
Sejumlah bank syariah besar sebelumnya sudah lebih dulu menggarap bisnis emas ini dan berhasil mencatatkan pertumbuhan signifikan. BSI, misalnya, telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 12 Februari 2025 untuk menjalankan bank emas. Dalam waktu singkat, pembiayaan cicil dan gadai emas BSI per Mei 2025 tembus Rp16,43 triliun, melesat 92,52% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Nasabah melakukan transaksi keuangan di kantor cabang BSI, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha
Selain itu, BSI juga tengah mengajukan izin tambahan untuk meluncurkan produk simpanan emas pada kuartal IV/2025. “Mudah-mudahan izinnya bisa keluar sebelum akhir tahun ini,” ujar Anton.
BCA Syariah pun menunjukkan tren serupa. Segmen konsumer bank ini mencatatkan pertumbuhan pembiayaan tertinggi sebesar 56,1% YoY, dengan kontribusi terbesar datang dari pembiayaan emas yang tumbuh 231,2% YoY mencapai Rp300 miliar.
“Pembiayaan emas iB dapat diakses melalui mobile banking BSya by BCA Syariah. Fitur ini kami perkenalkan untuk memudahkan masyarakat berinvestasi emas” kata Presiden Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum.
Lalu Bank Muamalat Indonesia mencatatkan pembiayaan emas sebesar Rp348 miliar hingga Juni 2025 melalui produk Solusi Emas Hijrah. Bank Muamalat menargetkan pembiayaan emas tahun ini dapat melampaui Rp500 miliar.
Head of Retail Financing Bank Muamalat Agus Andipratama Amir menjelaskan bahwa realisasi ini melonjak signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap kepemilikan logam mulia.
Dia menyebut bahwa kontribusi pembiayaan emas terhadap outstanding pembiayaan konsumer baru mencapai 10% per Juni 2025. Namun, komposisi booking dari total pencairan pembiayaan konsumer sudah mencapai 50% secara year to date (YtD).
“Pembiayaan emas terhadap outstanding pembiayaan konsumer baru 10%, tapi dari sisi pencairan sudah setengahnya berasal dari produk ini,” kata Agus, Selasa (12/8/2025).
Menurutnya, Bank Muamalat kini menggencarkan pembiayaan konsumer seiring transformasi bisnis yang sedang berlangsung. Strategi ini juga didukung penguatan layanan digital agar tetap kompetitif dan relevan, misalnya melalui aplikasi mobile banking Muamalat DIN.
“Kami optimistis dengan prospek pembiayaan emas ke depan. Income dari pembiayaan emas juga terbilang bagus untuk mendukung pendapatan Bank Muamalat,” kata Agus.
Namun demikian, memang bisnis emas ini harus menjadi perhatian dari sisi kecukupan pasokan emas. J.P. Morgan dalam risetnya memprediksi harga emas akan terus menanjak, yang diiringi dengan ketatnya pasokan emas.
Ketatnya pasokan emas terjadi seiring lonjakan permintaan global. Sepanjang tahun ini, harga emas telah melesat sekitar 30% YtD dan mencapai rekor tertinggi US$3.500 per troy ounce pada April 2025, atau sekitar Rp57,35 juta. Angka itu melampaui proyeksi awal J.P. Morgan Research. Fenomena serupa terjadi di negara lain.
Pada Februari lalu, The Korea Times melaporkan Korea Minting and Security Printing Corp. menghentikan penjualan emas batangan ke bank-bank domestik. Di China, Bursa Emas Shanghai juga mengalami perlambatan pasokan emas fisik sejak akhir tahun lalu.