Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat Ingatkan Potensi Kredit Macet BNPL Naik Usai Ramadan

Terdapat siklus peningkatan permintaan buy now pay later pada momen Lebaran sudah menjadi tren tahunan.
Ilustrasi sistem pembayaran dengan metode Paylater/Freepik
Ilustrasi sistem pembayaran dengan metode Paylater/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA— Tren penggunaan skema buy now pay later (BNPL) diperkirakan akan meningkat menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini. Namun, pengamat mengingatkan bahwa lonjakan permintaan tersebut juga berisiko meningkatkan potensi kredit macet pasca periode tersebut.

Direktur Ekonomi Digital dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengatakan bahwa siklus peningkatan permintaan BNPL pada momen Lebaran sudah menjadi tren tahunan.

“Mendekati Lebaran memang secara siklus akan terjadi permintaan untuk pembiayaan buy now pay later. Pembiayaan tersebut digunakan untuk keperluan mudik dan berwisata. Mereka yang tidak cukup biaya, memilih untuk mencari pembiayaan atau hutang,” kata Huda kepada Bisnis, pada Sabtu (15/3/2025). 

Dia juga menyoroti perubahan pola konsumsi masyarakat yang kini lebih mengandalkan teknologi finansial dibandingkan cara konvensional dalam mencari pinjaman.

“Dulu mungkin bisa berhutang ke tetangga atau keluarga. Sekarang beralih kepada pembiayaan melalui teknologi, termasuk BNPL. Namun demikian, ketika permintaan meningkat secara signifikan, maka potensi kredit macetnya juga meningkat,” katanya.

Huda menambahkan bahwa setelah Lebaran, rasio kredit bermasalah atau non-performing financing (NPF) biasanya mengalami peningkatan sebelum kembali turun. Oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk lebih bijak dalam mengambil pinjaman dan tidak berlebihan dalam konsumsi selama Lebaran.

Selain itu, Huda menekankan bahwa platform BNPL seharusnya sudah memiliki strategi untuk mengantisipasi lonjakan kredit macet yang terjadi setiap tahun. 

Menurutnya, langkah utama yang perlu dilakukan adalah memperketat sistem credit scoring agar lebih valid. Dia juga menyoroti pentingnya mendeteksi riwayat gagal bayar sejak dini serta memanfaatkan database untuk mengidentifikasi nasabah yang kerap mengalami tunggakan.

“Jika sudah ada histori gagal bayar, saya rasa harusnya sudah ke-detect. Manfaatkan database terkait nasabah yang nakal dan sering gagal bayar,” tegas Huda.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan adanya peningkatan pinjaman paylater oleh perusahaan pembiayaan serta pinjaman fintech peer to peer (P2P) lending menjelang Lebaran tahun ini. 

Proyeksi ini didasarkan pada tren serupa di tahun sebelumnya, di mana outstanding pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan pada April 2024 mengalami kenaikan 31,45% secara tahunan (year on year/YoY), lebih tinggi dibandingkan Maret 2024 yang tumbuh 23,90% YoY. 

Sementara itu, pembiayaan industri P2P lending juga meningkat 24,16% YoY pada April 2024, naik dari 21,85% YoY pada bulan sebelumnya. Melihat tren tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, memperkirakan permintaan pembiayaan BNPL dan P2P lending akan mengalami lonjakan menjelang Lebaran. 

Namun, dia menekankan pentingnya menjaga peningkatan ini agar tetap terkendali guna mencegah lonjakan kredit bermasalah atau non performing financing (NPF) di masa depan.

“Diharapkan peningkatan ini tetap terkendali agar tidak menimbulkan lonjakan NPF di masa mendatang,” kata Agusman dalam jawaban tertulisnya pada Jumat (7/3/2025).

Per Januari 2025, pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan mencapai Rp7,12 triliun, meningkat 41,9% YoY. Angka pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan Desember 2024 yang mencatat kenaikan 37,6% YoY. Sementara itu, tingkat NPF gross tercatat 3,37%, masih di bawah batas yang ditetapkan OJK sebesar 5%.

Pada industri P2P lending, outstanding pembiayaan per Januari 2025 tercatat tumbuh 29,94% YoY dengan nilai mencapai Rp78,50 triliun. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi dibandingkan Desember 2024 yang mencatat kenaikan 29,14% YoY. Meskipun terjadi peningkatan pinjaman, tingkat risiko kredit macet atau Tingkat Wanprestasi 90 Hari (TWP90) tetap stabil di level 2,52%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper