Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Optimistime Leasing Pacu Kredit dari Insentif Mobil dan Motor Listrik

Pemberian insentif kendaraan listrik yang dilanjutkan tahun ini menjadi stimulus pendorong pembiayaan multifinance.
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang Adira Finance di Jakarta. Bisnis/Abdurachman
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang Adira Finance di Jakarta. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Pemberian insentif kendaraan listrik yang dilanjutkan tahun ini menjadi stimulus pendorong pembiayaan multifinance. Namun yang membedakan, situasi ekonomi dan daya beli masyarakat tahun lalu dan tahun ini berbeda.

Pada kuartal I/2025 pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 4,87% year on year (YoY) dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal I/2024 sebesar 5,11%.

Menanggapi kondisi itu, Chief of Financial Officer PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) Sylvanus Gani menilai insentif kendaraan listrik tetap saja dapat menjadi katalis positif bagi pembiayaan multifinance. Dengan insentif, harga mobil listrik akan menurun dan memperluas basis konsumen. 

"Meskipun kondisi ekonomi dan daya beli saat ini masih menantang, insentif ini dapat tetap mendorong permintaan, terutama dari masyarakat yang mulai beralih ke kendaraan listrik karena efisiensi biaya operasional jangka panjang," kata Sylvanus kepada Bisnis, Senin (9/6/2025).

Adapun sampai dengan April 2025, ADMF mencatat pembiayaan kendaraan listrik sebesar Rp242 miliar atau tumbuh sekitar 124% YoY. Tahun ini ADMF menargetkan pembiayaan kendaraan listrik tumbuh 30% YoY dibanding realisasi 2024 sebesar Rp380 miliar.

"Bagi multifinance, hal ini [insentif] dapat membuka peluang pertumbuhan pembiayaan, namun demikian perlu didukung oleh seleksi kredit yang cermat dan berhati-hati," pungkasnya.

Setali tiga uang, Praktisi dan pengamat industri pembiayaan, Jodjana Jody menilai insentif kendaraan listrik tetap signifikan mendorong performa pembiayaan industri multifinance. Dia mencontohkan apa yang dilakukan oleh pemerintah China.

Jody menjelaskan pemerintah China sudah memberi insentif sejak 2010 dan baru berbuah setelah lewat 10 tahun, di mana insentif tersebut masih berlaku sampai sekarang.

"Pertanyaannya, apa Indonesia mampu memberi subsidi terus menerus? Rasanya tidak akan bisa. Makanya insentif tahun ini sebenarnya adalah penentu. Bila market tidak berkembang dan teknologi belum dipercaya, tentu pemerintah mesti fleksibel untuk mengadopsi subsidi transisi energi seperti ke hybrid, flexy engine dan lain-lain. Jika tidak, transformasi EV akan gagal," ujar Jody.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper