Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja keuangan Bank Jakarta (sebelumnya Bank DKI) diproyeksikan masih menunjukkan tren positif pada semester I/2025 di tengah tekanan ekonomi makro.
Direktur Utama Bank Jakarta Agus H. Widodo menyebut, laba Bank Jakarta sepanjang enam bulan pertama tahun ini diperkirakan tetap bertahan di atas Rp400 miliar, sejalan dengan strategi perusahaan menjaga pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan.
“Kurang lebihnya masih di atas Rp400 miliar lah ya. Tapi, kurang lebih kami jaga growth-nya masih di kisaran situ [Rp400 miliar]. Mudah-mudahan bisa tetap tercapai,” kata Agus saat ditemui di sela peluncuran rebranding Bank Jakarta, Minggu (22/6/2025).
Agus menjelaskan bahwa saat ini fokus utama perusahaan adalah menjaga likuiditas dan memperkuat kualitas aset, mengingat adanya tekanan terhadap sektor perbankan akibat melambatnya perekonomian yang terjadi belakangan ini.
“Memang fokus kami sekarang itu menjaga likuiditas dulu. Dan tentunya tidak hanya likuiditas, tapi juga kualitas aset. Kami pastikan jangan sampai kualitas aset kami merosot. Itu PR-nya,” tuturnya.
Menurut Agus, strategi ini turut berpengaruh pada kehati-hatian dalam penyaluran kredit. Meski tetap menargetkan pertumbuhan kredit, Bank Jakarta lebih menekankan pendekatan kuratif dan preventif terhadap kondisi debitur.
“Target tetap ada, tapi yang paling penting itu bagaimana kita jaga debitur kita agar kualitasnya tidak turun. Ekonomi kan lagi berat. Beberapa bank sudah ada yang mulai menahan penyaluran kredit. Artinya ada tantangan di sana. Kami bantu debitur supaya bisnisnya tetap jalan,” ujarnya.
Agus menambahkan, target rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) Bank Jakarta masih berada di bawah 3%. Kendati dia menyebut bukan target yang mudah dicapai, Bank Jakarta optimistis dapat mengelola risiko kredit secara disiplin.
“Target NPL kami itu di bawah 3%. Tapi memang agak sulit ya. Kami akan tekan [NPL]," tuturnya.
Agus menyebut perusahaan optimis Bank Jakarta bisa menjaga kinerja semester II tetap stabil dan berkelanjutan dengan kombinasi strategi pengendalian likuiditas, mitigasi risiko kredit, serta digitalisasi layanan yang tengah berlangsung.