Bisnis.com, JAKARTA — Bank Jakarta menargetkan dapat menekan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) di bawah 3% pada akhir 2025 mendatang.
Direktur Utama Bank Jakarta Agus H. Widodo menurutkan saat ini fokus perusahaan adalah memperbaiki kualitas bisnis. Saat yang sama, faktor likuiditas juga menjadi perhatian perusahaan.
“Fokus kami sekarang itu menjaga likuiditas. Dan tentunya tidak hanya likuiditas, tapi juga kualitas aset. Kami pastikan jangan sampai kualitas aset merosot. Itu PR kami sekarang,” kata Agus dalam agenda peluncuran rebranding Bank Jakarta pada Minggu (22/6/2025).
Menurutnya, kondisi ekonomi yang masih menantang turut mendorong perbankan untuk lebih selektif dalam penyaluran kredit. Bank Jakarta pun mengambil langkah antisipatif dengan lebih mendekatkan diri kepada debitur agar tetap menjaga kesehatan portofolio kredit.
“Target penyaluran kredit tetap ada, tapi yang lebih penting adalah menjaga agar kualitas debitur kami tidak menurun. Bahkan beberapa [bank] sudah mulai mengerem kredit karena situasi ini. Kami berusaha bantu debitur supaya bisnis mereka tetap berjalan,” jelasnya.
Agus juga menyampaikan bahwa Bank Jakarta menargetkan rasio kredit bermasalah NPL) terkendali di bawah 3%, meskipun tantangannya tidak ringan.
Baca Juga
“Target NPL kami masih di bawah 3%. Tapi ya, memang agak sulit. Kami akan terus tekan angka itu dengan manajemen risiko yang ketat,” tambahnya.
Dari sisi kinerja keuangan, Bank Jakarta menyampaikan proyeksi laba semester I/2025 masih berada di atas Rp400 miliar. Meski tidak merinci secara detail, Agus menyatakan pertumbuhan laba masih terjaga secara tahunan (year on year).
“Kurang lebihnya masih di atas Rp400 miliar lah ya. Tapi, kurang lebih kami jaga growth-nya di kisaran itu. Mudah-mudahan bisa tetap tercapai,” pungkasnya.
Merujuk laporan keuangan terakhir Bank Jakarta (sebelumnya Bank DKI), laba bersih tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik pada kuartal pertama 2025 tumbuh 14,86% menjadi Rp215,34 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada 2024 yaitu Rp187,48 miliar.
Raihan laba salah satunya didorong oleh pendapatan bunga sebesar Rp1,41 triliun hingga kuartal I/2025. Perolehan pendapatan bunga Bank DKI meningkat 4,15% dari Rp1,36 triliun. Sayangnya, pendapatan bunga Bank DKI dipengaruhi oleh beban bunga yang tercatat sebesar Rp710,15 miliar, walaupun turun dari sebelumnya Rp712,63 miliar. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih Bank DKI menjadi Rp708,73 miliar pada kuartal I/2025.
Adapun penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Bank DKI mencapai Rp52,23 triliun, tumbuh 3,36% YoY pada tiga bulan pertama tahun ini, yang terdiri dari kredit senilai Rp45,09 triliun dan pembiayaan syariah senilai Rp7,14 triliun.
Rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) gross mencapai 2,74% sampai dengan akhir Maret 2025. Padahal, pada Maret 2024, rasio NPL gross Bank DKI sebesar 2,01%. Sementara rasio NPL net Bank DKI tercatat sebesar 1,15%, naik dari 0,70%.
Adapun rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) Bank DKI tercatat sebesar 99,4%, meningkat dari sebelumnya 81,31%. Total aset Bank DKI hingga kuartal I/2025 tercatat sebesar Rp78,39 triliun, tumbuh tipis 0,28% YoY dari Rp78,17 triliun per 31 Maret 2024