BISNIS.COM, JAKARTA-- Bank Indonesia menyatakan perbankan nasional memiliki tingkat resiliensi tinggi dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi akibat faktor global maupun domestik.
Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), mengungkapkan hasil uji ketahanan (stress test) risiko kredit dengan berbagai skenario terburuk menunjukan kondisi perbankan nasional masih cukup kuat.
“Risiko kredit merupakan risiko paling signifikan, namun berdasarkan skenario baseline, hasil stress test risiko kredit terhadap CAR [capital adequacy ratio] perbankan relatif rendah,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR, Senin (24/6/2013).
Skenario yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia (GDP) anjlok jadi 0% maka rasio kredit bermasalah (NPL) akan naik menjadi 6,09%, sementara CAR turun 123 basis points menjadi 17,37%.
Sementara ITU, bila GDP turun hingga -2%, maka NPL menjadi 2,58% dan CAR turun 14bps jadi 18,46% Skenario terakhir adalah GDP turun hingga -3%, maka CAR berada pada level 2,93% dan CAR turun 23bps jadi 18,37%.
Hingga April 2013, posisi CAR bank umum mencapai 18,74% dengan rasio modal inti terhadap aktiva tertimbang menurut risiko 16,94%. Posisi tersebut jauh di atas tingkat kesehatan perbankan yang ditetapkan 8%.
“CAR perbankan diperkirakan masih mampu menyerap risiko kredit dan risiko pasar dengan cukup baik meski terdapat beberapa individual bank yang berpotensi mengalami tekanan,” ujarnya.
Menurutnya. kondisi sistem keungan Indonesia juga relatif stabil, meskipun terdapat tekanan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penyaluran kredit hingga Mei tumbuh 21,88%, turun dari setahun lalu yang tercatat 24,03%.
Pertumbuhan kredit tersebut ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh 23,7%, kredit modal kerja 23% dan konsumsi 18,8%. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan kredit.