Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo meminta kalangan perbankan untuk lebih berhati-hati dalam mengelolah likuiditas.
Pertumbuhan global yang melambat menyebabkan perlambatan demand. “Pertumbuhan perbankan, secara industri membaik, tapi ada hal yang perlu disikapi yakni resiko likuditas,” jelasnya, Rabu (21/8/2013).
Berdasarkan data statistik BI per Juni 2012, rasio LDR bank umum berada pada level 86,8%. Perlambatan produk domestik bruto (PDB), lanjut Gubernur Bank Indonesia, bisa menyebabkan orang menabung berkurang. Selain dari sisi likuditas, kalangan bankir juga diajak untuk semakin mewaspadai resiko kredit macet (NPL).
Sebelumnya, Bank Indonesia menyakini pelemahan Rupiah hingga menembus Rp10.200/US$ masih sesuai dengan fundamental Indonesia sehingga pasar tidak perlu khawatir secara berlebihan.
Pada hari ini nilai tukar Rupiah diperdagangkan pada kisaran Rp10.120 - Rp10.265 dan ditutup pada Rp10.180/Rp10.220 per US$.
Di samping karena penguatan US$, pelemahan nilai tukar Rupiah hari ini juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan valas oleh nasabah korporasi/retail, termasuk untuk repatriasi dividen dan hasil investasi.
Jika dibandingkan dengan posisi awal tahun 2013 (year to date), nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 5,71% yang masih searah dengan depresiasi mata uang negara-negara lain di kawasan.
Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo menyatakan dalam beberapa hari terakhir pergerakan Rupiah mulai konvergen ke level keseimbangan baru yang mencerminkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia.