Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Tebar Insentif Likuiditas Rp384 Triliun hingga Agustus 2025, Terbesar ke Bank BUMN

Bank Indonesia (BI) menyalurkan insentif likuiditas Rp384 triliun hingga Agustus 2025.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kanan) dan Deputi Gubernur Doni P. Joewono memberikan keterangan terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (19/2/2025). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kanan) dan Deputi Gubernur Doni P. Joewono memberikan keterangan terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (19/2/2025). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Ringkasan Berita
  • Bank Indonesia mengalokasikan insentif likuiditas makroprudensial sebesar Rp384 triliun hingga Agustus 2025, dengan porsi terbesar untuk bank BUMN.
  • Insentif ini ditujukan untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas seperti pertanian, real estate, UMKM, dan sektor hijau guna mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
  • Meskipun ada insentif dan kebijakan pelonggaran, pertumbuhan kredit perbankan melambat pada Juli 2025, menunjukkan perbankan masih berhati-hati dalam penyaluran kredit.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) terus mengakselerasi peran perbankan dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif melalui penguatan implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa hingga minggu pertama Agustus 2025, total insentif KLM yang telah digelontorkan mencapai Rp384 triliun. Dana tersebut disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp171,5 triliun, bank umum swasta nasional (BUSN) Rp169,2 triliun, bank pembangunan daerah (BPD) Rp37,2 triliun, serta kantor cabang bank asing (KCBA) Rp5,7 triliun.

"Insentif ini diarahkan untuk mendorong penyaluran kredit perbankan ke sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," ujar Perry.

Secara sektoral, insentif KLM digelontorkan ke sejumlah bidang utama seperti pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, hingga usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), ultra mikro, serta sektor hijau.

Perry menegaskan, ke depan BI akan terus memperkuat kebijakan KLM dengan mendorong optimalisasi insentif ke sektor-sektor berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Hal ini juga selaras dengan program-program strategis pemerintah dalam kerangka Asta Cita.

Pada kesempatan yang sama, Perry menyampaikan perlambatan pertumbuhan kredit pada Juli 2025 yang tercatat sebesar 7,03% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan capaian Juni 2025 sebesar 7,77% YoY. Perry mengatakan kredit perbankan masih perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi penawaran, lanjut Perry, meskipun BI telah menempuh sejumlah langkah seperti penurunan suku bunga moneter, pelonggaran likuiditas, serta pemberian insentif kebijakan makroprudensial, perbankan dinilai masih cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit. “Hal ini antara lain tercermin dari standar penyaluran kredit (lending standard) yang meningkat,” kata Perry.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro