Bisnis.com, JAKARTA—Industri perbankan swasta nasional diprediksi masih akan menjadi debitur dengan mencari pinjaman dari luar negeri untuk menjaga kebutuhan likuiditas bank.
Berdasarkan statistik utang luar negeri Bank Indonesia (BI), utang bank mengalami perlambatan pertumbuhan. Hingga akhir tahun lalu, posisi utang bank mencapai US$24,09 miliar, tumbuh 4,69%. Sedikit mengalami pembaikan, padahal pada 2012 utang tumbuh 24,64%.
Direktur P3M (Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat) Perbanas Institute Umbas Krisnanto memprediksikan di tahun politik, pertumbuhan utang bank tahun ini akan sama dengan tahun lalu.
“Pertumbuhan utang akan bergantung dengan situasi politik, karena pengusaha swasta masih wait and see,” ungkapnya kepada Bisnis.com, Selasa (25/2/2014).
Di tengah perlambatan pertumbuhan kredit tahun ini, Umbas mengungkapkan pengusaha masih menunggu pemenang pesta demokrasi, sehingga pengusaha masih mengerem laju pertumbuhan utang tahun ini.
Direktur Eksekutif Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter BI Hendy Sulistyowaty mengatakan posisi peminjam utang luar negeri masih didominasi oleh kelompok swasta.
Tahun lalu, posisi utang swasta mencapai US$140,51 miliar, diantaranya porsi utang bank berada di posisi US$24,09 miliar.
Hendy mengungkapkan utang bank jangka panjang terakselerasi menjadi 35,7% year on year dari 25% year on year di tahun sebelumnya.
Adapun utang bank jangka pendek terkontraksi 6,8% dari 24,5% (yoy) di tahun sebelumnya.
Dari sisi realisasi penarikan dan pembayaran utang luar negeri, menurutnya, aliran masuk pada sektor swasta di kuartal IV/2013 masih lebih besar dari pembayaran sehingga menghasilkan net penarikan yang lebih besar dari triwulan sebelumnya.
Di sisi lain, sepanjang 2013, BI mencatatkan inflow yang masuk ke sektor perbankan mencapai US$5,7 miliar, sedangkan outlow tahun lalu mencapai US$4,05 miliar. “Utang kita selalu naik, tetapi pertumbuhannya melambat,” ungkapnya.
Direktur Treasury, Financial Institutions and Special Asset Management PT Bank Mandiri Tbk. Royke Tumilaar mengungkapkan belum ada rencana untuk meminjam dari luar negeri karena pasar antar bank sudah cukup likuid.
“Likuiditas dolar dan rupiah bank masih normal dan kini pasar cukup likuid dengan indikasi suku bunga antar bank yang normal,” ungkapnya.
Bila dilihat dari kinerja Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) devisa, total kredit yang disalurkan mencapai Rp1.311 triliun pada tahun lalu, tumbuh 17,68% dari posisi Rp1.114 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun pada akhir tahun lalu mencapai Rp1.552 triliun, tumbuh lebih lambat dari kredit yakni 14,7% dari posisi Rp1.353 triliun, pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan rasio kredit terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) tahun lalu mencapai 83,77%. Namun angka tersebut masih dibawah LDR industri perbankan yang sudah berada di posisi 89,7%.
Bank swasta nasional berhasil membukukan laba mencapai Rp33,46 triliun pada akhir tahun lalu, tumbuh 5,61% dari posisi Rp31,68 triliun. Ternyata pertumbuhan laba bank swasta tahun lalu masih di bawah rata-rata industri perbankan.
Bank Swasta Dominasi Utang Luar Negeri
Industri perbankan swasta nasional diprediksi masih akan menjadi debitur dengan mencari pinjaman dari luar negeri untuk menjaga kebutuhan likuiditas bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Novita Sari Simamora
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 jam yang lalu
Taktik Pemerintah dan Bank Indonesia Pulihkan Kurs Rupiah
10 jam yang lalu