Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Masih Banyak Tergantung Pendapatan Bunga

Kebanyakan bank di Indonesia rupanya masih sangat bergantung pada pendapatan bunga sebagai penyokong kinerja keuangan. Padahal sebagian kalangan menilai sudah seharusnya bank memacu pendapatan non bunga di tengah pengetatan likuiditas yang masih terjadi.
Bank Permata tengah berupaya memacu kenaikan pendapatan nonbunga bersih lebih agresif daripada net interest income (NII). /Bisnis.com
Bank Permata tengah berupaya memacu kenaikan pendapatan nonbunga bersih lebih agresif daripada net interest income (NII). /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Kebanyakan bank di Indonesia rupanya masih sangat bergantung pada pendapatan bunga sebagai penyokong kinerja keuangan. Padahal sebagian kalangan menilai sudah seharusnya bank memacu pendapatan non bunga di tengah pengetatan likuiditas yang masih terjadi.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diketahui pendapatan berbasis bunga masih mendominasi sekitar 75% dari total pendapatan.

Bank umum misalnya, porsi pendapatan bunga per Agustus 2014 masih mencapai 78%, lebih tinggi ketimbang periode yang sama 2013 yang tercatat 75,9%. Pendapatan bunga bank umum per Agustus 2014 mencapai Rp365,4 triliun, sedangkan pendapatan non bunga Rp102,6 triliun.

Kondisi serupa juga terjadi di bank persero di mana pendapatan bunga pada periode tersebut mendominasi dengan pori 78,9% dari total pendapatan. Bank umum swasta nasional (BUSN) devisa dan non devisa pun setali tiga uang. Per Agustus 2014 porsi pendapatan bunga BUSN devisa dan non devisa masing-masing mencapai 83% dan 95,1% dari total pendapatan.

Pendapatan non bunga yang diraih kedua kategori bank tersebut per Agustus 2014 masing-masing hanya Rp32,1 triliun dan Rp1,25 triliun. Pencapaian itu jauh lebih kecil ketimbang pendapatan berbasis bunga yang masing-masing tercatat Rp158,2 triliun dan Rp24,4 triliun.

Kondisi timpang juga terjadi pada bank pembangunan daerah (BPD). Porsi pendapatan non bunga BPD per Agustus 2014 bahkan hanya mencapai 8,17% dari total pendapatan. Ketergantungan BPD atas penyaluran kredit terlihat dari pendapatan bunga yang mencapai Rp41,6 triliun per Agustus 2014. Pada periode tersebut pendapatan non bunga yang dikumpulkan BPD hanya tercatat Rp3,7 triliun.

Manager Financial Institution Ratings PT Pemeringkat Efek Indonesia Hotma Parulian Manalu mengatakan ketergantungan BPD pada penyaluran kredit cukup besar. Tak heran kenaikan non performing loan (NPL) BPD pun lebih tinggi ketimbang bank umum.

“Mungkin karena governance yang belum sebaik bank umum. Belakangan kredit mereka dipacu ke sektor produktif karena diharapkan menjadi regional champion mungkin jadi kurang hati-hati,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.

Komisioner Komsisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf bahkan menegaskan margin perbankan dengan suku bunga saat ini khususnya mikro, sudah kelewat tinggi. Dia meyakini sejatinya masih banyak komponen pembentukan suku bunga kredit yang bisa ditekan.

Dia berharap OJK menyusun roadmap untuk menekan suku bunga kredit khususnya mikro. “Harus ada perencanaan jangkan panjang menggandeng perbankan, karena pricing ini mencerminkan efisiensi industri,” katanya.

Di lain sisi urusan memacu pendapatan non bunga agaknya tak menjadi masalah bagi bank asing. Menurut data Statistik Perbankan Indonesia per Agustus 2014 porsi pendapatan bunga bank asing justru minoritas.

Pada periode tersebut porsi pendapatan non bunga bank asing mencapai 66,58%. Setahun sebelumnya porsi pendapatan non bunga bahkan lebih tinggi, mencapai 72% dari total pendapatan.

Hingga Agustus 2014 bank asing mengumpulkan pendapatan non bunga Rp26,1 triliun, sedangkan pendapatan bunga hanya Rp13,1 triliun. Pada periode yang sama 2013 pendapatan non bunga bank asing tercatat Rp25,2 triliun, sedangkan pendapatan bunga Rp9,8 triliun.

Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Bank Permata Tbk Roy Arman Arfandy mengatakan saat ini masih sulit menaikkan porsi pendapatan non bunga sehingga lebih besar dibandingkan pendapatan bunga. Menurutnya konsentrasi bank-bank lokal masih pada penyaluran kredit ketimbang transaction banking.

Dia menuturkan pendapatan fee based income per transaksi masih tergolong kecil sehingga perlu menaikkan volume transaksi secara signifikan. "Saya rasa itu sulit dilakukan dalam waktu singkat," katanya saat dihubungi, Senin (17/11/2014).

Meki begitu dia menegaskan Bank Permata tengah berupaya memacu kenaikan pendapatan nonbunga bersih lebih agresif daripada net interest income (NII).

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Galih Kurniawan
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper