Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom menilai ketergantungan perbankan pada pendapatan nonbunga atau fee-based income cenderung meningkat di tengah margin bunga yang terus menyempit.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menyampaikan, setidaknya terdapat dua alasan ketergantungan pada fee-based income cenderung meningkat.
“Pertama, penyempitan margin bunga sulit dihindari ketika penyesuaian suku bunga kredit berjalan lebih cepat ketimbang penurunan biaya dana,” kata Josua kepada Bisnis, Rabu (20/8/2025).
Josua menjelaskan, ketika penyesuaian suku bunga kredit berjalan lebih cepat dibanding penurunan biaya dana, penyempitan margin bunga sulit dihindari lantaran kompetisi Dana Pihak Ketiga (DPK), pergeseran preferensi nasabah ke aset berimbal hasil, serta kewaspadaan risiko yang membatasi repricing agresif di sisi aset.
Alasan kedua yakni sumber nonbunga dalam hal ini biaya transaksi, cash management, wealth/bancassurance, trade finance, FX & treasury gains, relatif lebih responsif terhadap penurunan suku bunga acuan dan ekspansi ekosistem digital.
Dia mengatakan, lonjakan pendapatan operasional nonbunga pada Mei 2025 yang melesat hingga 116,44% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp587 triliun, kemungkinan besar juga mengandung unsur siklikal dan one-off, misalnya mark-to-market portofolio surat berharga saat imbal hasil turun, realisasi treasury gains, atau normalisasi basis yang rendah.
Baca Juga
“...sehingga tingkat pertumbuhan setinggi itu tidak persisten, meski arah diversifikasi pendapatan jelas berlanjut,” ujarnya.
Ke depannya, Josua melihat gambarannya lebih seimbang. Menurutnya, jika Bank Indonesia kembali melonggarkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada kuartal IV/2025 dan volatilitas global mereda, repricing DPK akan menyusul dan tekanan NIM berkurang.
Pada fase ini, Josua menyebut NII berpeluang pulih bertahap sementara porsi fee-based tetap lebih tinggi daripada pra-siklus - bukan sebagai pengganti permanen NII, melainkan sebagai penyangga profitabilitas saat margin siklikal menipis.
Menurutnya, strategi bank bank yang best-practice adalah mendorong fee pools yang berulang (recurring)—transaksi ritel, pembayaran, cash management, trade & supply-chain finance, wealth—ketimbang mengandalkan trading gains yang volatil; sekaligus menajamkan penyaluran kredit ke sektor berprofil risiko baik agar NII kembali menjadi mesin utama begitu suku bunga dan biaya dana menurun lebih sinkron.
Senada, Pengamat Perbankan & Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo mengatakan tren perbankan menunjukkan bahwa bank semakin bergantung pada fee-based income di tengah menyempitnya margin bunga dan pertumbuhan NII yang melambat.
Melonjaknya pendapatan operasional nonbunga hingga 116,44% YoY, kata Arianto, mencerminkan pergeseran strategi bank dalam memperkuat sumber pendapatan dari layanan transaksi, wealth management, digital banking, hingga aktivitas treasury.
“...sehingga diversifikasi ini menjadi kunci untuk menjaga profitabilitas di tengah tekanan NIM yang sulit kembali ke level tinggi,” ungkap Afrianto kepada Bisnis, Rabu (20/8/2025).