Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan perbankan mulai memperketat penyaluran kredit untuk mengerem kenaikan non-performing loan yang diprediksi bakal terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun nanti.
Financial Services Partner PricewaterhouseCoopers Indonesia Jusuf Wibisana mengatakan dari hasil survei yang mewakili 76% aset perbankan nasional, menunjukkan kalangan perbankan menjadikan risiko kredit sebagai aspek utama yang perlu diwaspadai pada tahun ini.
Sebab, kondisi tingginya suku bunga, pelemahan nilai tukar rupiah, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi membuat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sulit dijaga di posisi saat ini.
“Mayoritas bankir percaya langkah peningkatan pengawasan dan penyetujuan proses kredit, serta pembatasan penyaluran kredit ke industri tertentu menjadi kunci utama manajemen risiko kredit,” ujar Jusuf di Jakarta, Selasa (19/5/2015).
Jusuf memproyeksikan hingga akhir tahun nanti, NPL di industri perbankan akan berkisar di posisi 2%-2,5%. Meski akan menunjukkan peningkatan, tapi Jusuf menuturkan kalangan perbankan meyakini NPL masih dalam posisi yang terjaga.