Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual mengatakan, kendati pertumbuhan deposito mulai merangkak naik, tetapi masih dalam batas aman. Artinya, masyarakat masih memutar uang dalam kegiatan usaha produktif.
“Dengan adanya perputaran uang, harusnya DPK punya kesempatan tumbuh lebih baik lagi. Dalam jangka pendek saya perkirakan [pertumbuhan] sudah bisa normal perlahan mendekati 10%,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (3/12/2018).
Adapun capaian DPK per Oktober 2018 didorong oleh deposito dan giro yang masing-masing tumbuh sebesar 4,5% dan 9%, lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun pada periode tersebut tabungan justru melemah. Dana murah bank ini tumbuh 10,1% yoy per Oktober 2018, di bawah capaian September, yakni 11,1%.
Menurutnya, pertumbuhan DPK secara industri berjalan lamban disebabkan oleh bank papan atas tidak memiliki persoalan likuditas yang mendesak. Bank kecil dan menengah yang punya keterbatasan nasabah tengah mencari sumber pendanaan.
Direktur BCA Santoso Liem mengklaim, DPK perseroan dalam kondisi baik. Dana murah berkontribusi sekitar 77%. Sebanyak 30% di antaranya adalah giro dan 70% sisanya simpanan. Giro tercatat memiliki tren lebih baik dibandingkan dengan tabungan. “Tabungan stabil di angka 8%, sedangkan pertumbuhan giro itu bisa sampai 12%—13%,” katanya.
Hal senada juga disampaikan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Perseroan fokus mengejar dana murah pada tahun ini. “Kami targetkan 10% yoy untuk dana murah akhir tahun ini,” katanya.
Menurut Presiden Direktur PT Bank Mayapada International Tbk. Haryono Tjahjarijadi, tren positif pertumbuhan DPK akan terjaga hingga akhir tahun. Pasalnya banyak bank tengah bertarung suku bunga.
Berdasarkan catatan bank sentral pertumbuhan DPK juga disebabkan kenaikan rata-rata tertimbang suku bunga. Simpanan berjangka dengan tenor 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan naik sekitar 6 basis poin (bps) sampai dengan 24 bps.