Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Laba Bank BTPN Kuartal I/2019 Turun

Faktor tekanan dari biaya dana membuat margin bunga bersih PT Bank BTPN Tbk. turun dan imbasnya menggerus laba pada kuartal I/2019.
Pekerja membersihkan logo PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk di Jakarta, Kamis (2/11)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja membersihkan logo PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk di Jakarta, Kamis (2/11)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Faktor tekanan dari biaya dana membuat margin bunga bersih PT Bank BTPN Tbk. turun dan imbasnya menggerus laba pada kuartal I/2019.

Bank BTPN mencatatkan penurunan laba bersih konsolidasi dari Rp535 miliar pada Maret 2018 menjadi Rp507 miliar atau turun 5,3% secara year on year. Penurunan laba bersih tersebut sejalan dengan rasio margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) yang juga menurun dari 11,30% per kuartal I/2018 menjadi 6,95% pada kuartal I/2019.

Turunnya laba bank yang merupakan hasil penggabungan usaha atau merger antara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) ini antara lain disebabkan oleh faktor tekanan dari sisi biaya dana.

Interest rate naik 175 bps, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga melemah,  sedangkan waktu jelang merger yang lalu kami menambah persediaan likuiditas supaya aman. Sekarang ada sedikit tekanan dari sisi margin, tapi kami tidak bisa pass-on semua ke nasabah karena sebagian kredit menggunakan tingkat bunga tetap,” kata Hanna Tantani, Chief Financial Officer Bank BTPN, saat ditemui di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Selain faktor margin bunga, proses pelaksanaan merger juga memiliki dampak terhadap pembentukan laba. Waktu efektif merger per 1 Februari 2019 membuat entitas baru tersebut hanya bekerja efektif dua bulan selama Februari dan Maret.

“Pendapatan usaha SMBCI selama sebulan pertama sebelum merger tidak bisa digabung sebagai pendapatan kami. Laba dari SMBCI pada Januari dihitung sebagai return earning, tidak diklaim sebagai laba BTPN,” tambahnya.

Kendati demikian, lanjut Hanna, posisi pergerakan laba tersebut telah diprediksi sejak awal dan masih berjalan sesuai ekspektasi. Apalagi penurunan NIM masih terkompensasi dengan kenaikan pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) yang saat ini porsinya mencapai 10%–15% dari total revenue.

“Melihat perkembangan saat ini, kami harap suku bunga acuan tidak naik lagi dan kompetisi di pasar tidak terlalu ketat sehingga tekanan biaya dana dapat lebih stabil,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Executive Vice President Head of Wholesale Banking Group BTPN Nathan Christianto menambahkan pihaknya akan memaksimalkan potensi pendapatan fee dari bisnis korporasi.

“Ada banyak transaksi yang dapat dikembangkan untuk menaikkan FBI di waktu yang akan datang seperti peluang dari trade finance, valuta asing, dan transaksi sindikasi,” ujarnya.

Bank BTPN melayani segmen korporasi skala besar seperti badan usaha milik negara, perusahaan multinasional, konglomerasi lokal, serta perusahaan Jepang. Pembiayaan korporasi antara lain mengalir ke sektor infrastruktur dan industri pendukung.

President & CEO Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana menambahkan sebelum merger, bisnis korporasi dikelola oleh SMBCI dan kini portofolionya dicatatkan dalam neraca BTPN. Hingga Maret 2019, pembiayaan korporasi tumbuh 12% dari Rp64,3 triliun menjadi Rp71,9 triliun. Secara keseluruhan, total kredit dan pembiayaan BTPN tumbuh 114% (YoY) menjadi Rp139,84 triliun.

Adapun, untuk pendanaan secara keseluruhan naik 105% menjadi Rp156,6 triliun. Khusus untuk penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) naik 56,1% menjadi Rp98,05 triliun.

Pendanaan dan penyaluran kredit berkontribusi mengerek aset BTPN hingga 101% menjadi Rp192,2 triliun. Kenaikan aset dan kredit tersebut merupakan gabungan dari neraca BTPN dan SMBCI.

Ongki melanjutkan, pihaknya masih optimistis mampu menggenjot pertumbuhan bisnis dalam tiga kuartal mendatang yang dimotori oleh segmen kredit korporasi, UKM, konsumer, serta pembiayaan prasejahtera produktif melalui anak usahanya BTPN Syariah.

“Kinerja kami cukup baik, tetap tumbuh selama 3 bulan ini meskipun berada dalam tahap awal konsolidasi. Kami optimistis mampu tumbuh sejalan dengan industri,” paparnya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper