Bisnis.com, JAKARTA -- Salah satu pionir peer-to-peer (P2P) lending Indonesia, PT Investree Radhika Jaya (Investree) optimistis bisnis financial technology (fintech) tidak akan menjadi pesaing perbankan, melainkan menjadi mitra bisnis.
CEO & Co-Founder Investree Adrian Gunadi mengatakan sejak berdiri Oktober 2015, belum banyak perusahaan yang bermain di industri fintech. Namun, kini industri fintech sudah berkembang menjadi berbagai model bisnis sehingga melahirkan banyak pemain.
Hal ini menjadi bukti terjadinya shifting di dunia keuangan di Tanah Air. Dengan demikian, kerja sama antara institusi keuangan sudah tidak terhindari lagi.
“Kami sebetulnya sudah bukan peer-to-peer. Bank sudah melihat fintech sebagai channel distributor mereka, bukan kompetitor,” kata Adrian saat mengunjungi redaksi Bisnis Indonesia, Selasa (14/5/2019).
Dia menjelaskan bank dan fintech memiliki banyak perbedaan.
Pertama, produk. Jika bank mengelola dana, fintech hanya mempertemukan antara peminjam dan pemberi dana.
Kedua, target market.
Bank mencari profil risiko yang lebih kompleks, tetapi fintech lebih fokus kepada nasabah yang memenuhi aspek credit worthiness, artinya layak tapi tidak bankable. Hal ini terlihat dari 70-80 persen yang mengakses fintech adalah orang yang belum bisa mengakses perbankan.
“Kami sangat menekankan teknologi, bagaimana bisa bisnis proses bisa lebih cepat dan otomasi, jadi kalau pertumbuhan bisnis 10 kali lipat, Sumber Daya Manusia (SDM) mungkin hanya perlu ditambah 2-3 kali,” ujarnya.
Hingga pertengahan Mei 2019, Investree telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp2,48 triliun dengan total jumlah pinjaman 4.454 aplikasi.