Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia menyatakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, keuangan syariah perlu mengandalkan sumber dana dari zakat dan infaq.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyatakan secara umum adalah ekonomi syariah dan industri halal, Indonesia masih bersikap dominan sebagai konsumen ketimbang produsen. Padahal, nilai PDB minimum di Indonesia diperkirakan US$1 triliun dengan kontribusi ekonomi syariah sudha mencapai 80%.
Oleh karena itu, posisi Indonesia dalam industri halal perlu diperbaiki dan mengubah posisi dari konsumen menjadi produsen. Apalagi, kontribusi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia bersumber dari zakat dan infaq masih rendah. Padahal, dua instrumen keuangan dan pengelolaan harta itu diyakini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Peran pembiayaan termasuk perbankan syariah, terkait hal itu banyak inisiatif dilakukan dan diambil pemerintah dan BI kami kembangkan tidak hanya bagimana cara tingkatkan pembiayaan kegiatan usaha syariah tapi kembangkan ekonomi syaria untuk Indonesia pangsa pasar besar dan permintaan tinggi,” papar Dody di Jakarta Convention Center, Selasa (12/11/2019).
Menteri Keuangan Malaysia Dato H. Amiruddin bin Haji Hamzah menyatakan ekonomi dan keuangan syariah adalah sistem baru yang mampu mendisrupsi dunia ekonomi menjadi ramah lingkungan. Hal ini seiring dengan kesepakatan masyarakat dunia pada Sustainable Development Growth (SDGs).
Dia menambahkan, kini ada sekitar 27 perbankan di Malaysia sudah berkomitmen untuk membangun sistem syariah agar menjaga lingkungan dan membangun iklim finansial yang lebih ramah dan adil, sehingga setiap sektor bisa dibiayai secara adil.
“Ekonomi syariah menolong pelaku usaha untuk mengelola dan mengembangkan bisnis, langkahnya bisa dengan mengandalkan bank investais syariah dengan skema yang ramah lingkungan dan mendorong penguatan komunitas dan masyarakat,” ungkapnya.