Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. terus mendorong implementasi keuangan berkelanjutan tahun ini.
Kabar teranyar, emiten berkode BMRI ini berencana menerbitkan Euro Medium Term Note (EMTN) dalam mata uang dolar Amerika Serikat.
Adapun, penerbitan EMTN adalah yang ketiga dan merupakan bagian dari program EMTN perseroan dengan jumlah pokok sampai dengan US$2 miliar.
Penerbitan pertama di bawah program EMTN sebesar US$750 juta telah diselesaikan pada 11 April 2019. Penerbitan kedua di bawah program EMTN sebesar US$500 juta telah diselesaikan pada tanggal 13 Mei 2020. Dengan demikian, perseroan akan menerbitkan sekitar US$750 juta, atau sekitar Rp10,87 triliun.
Per akhir tahun lalu, baki kredit hijau per emiten berkode BMRI ini mencapai Rp167,3 triliun, atau telah mencakup 21,9 persen dari baki kredit individu bank. Posisi ini bahkan masih mampu naik 2,2 persen secara tahunan pada tahun lalu.
Senior Vice President Bank Mandiri Rudi As Aturridha memaparkan rencana penerbitan ketiga akan dilakukan mulai dari tanggal 9 April 2021 kepada investor di luar wilayah Amerika Serikat dengan tunduk pada Regulation S berdasarkan the US Securities Act of 1933, sebagaimana diubah akan dicatatkan di Singapore Stock Exchange (SGX-ST).
Baca Juga
Apabila EMTN ini dilakukan, perseroan akan memperoleh dana yang akan digunakan untuk keperluan umum perseroan dan untuk membiayai atau membiayai kembali proyek-proyek Eligible Green Assets dan atau Eligible Social Assets.
"Rencana penerbitan EMTN akan memberikan dampak positif pada kondisi keuangan perseroan," sebutnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Senin (12/4/2021).
Sebagai informasi, EMTN ini bukan merupakan penawaran umum sebagaimana dimaksud dalam aturan pasar modal atau aturan penerbitan efek bersifat utang dan sukuk yang dilakukan tanpa melalui penawaran umum.
Rencana penerbitan EMTN memiliki nilai kurang dari 20 persen ekuitas perseroan berdasarkan laporan keuangan perseroan per tanggal 31 Desember 2020.
Rudi melanjutkan perseroan merupakan salah satu pelopor dalam menyalurkan kredit hijau. Bank Mandiri aktif mengembangkan praktek manajemen risiko yang selaras dengan aspek Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (LST).
Inisiatif tersebut dituangkan kedalam rencana aksi keuangan berkelanjutan yang diimplementasikan melalui 3 pilar strategis yaitu sustainable banking, sustainable operations dan sustainable CSR & financial inclusion.
Tahun ini, dia menuturkan penyaluran pembiayaan ke sektor-sektor berkelanjutan ini dapat tumbuh secara berkesinambungan, sejalan dengan keinginan kami untuk terus mengimplementasi konsep ekonomi hijau dalam pengembangan usaha nasional.
Dia mengungkapkan sektor-sektor berkelanjutan potensial adalah perkebunan, green building, dan renewable energy.
"Pembiayaan ke sektor tersebut masih mampu tumbuh dengan kualitas kredit yang terjaga dengan rasio kredit bermasalah kurang dari 1 persen serta dapat memberikan kontribusi positif terhadap kinerja Bank Mandiri," imbuhnya.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan berpendapat langkah perseroan tersebut sudah sangat tepat.
Banyak lembaga jasa keuangan internasional seperti IFC yang memiliki likuditas sangat kuat untuk dpat menyerap surat utang tersebut. "Likuiditas global masih cukup baik, dan rasanya akan terserap oleh pasar," sebutnya.
Dia menuturkan optimalisasi penyaluran kredit penggalangan dana tersebut pun akan optimal. Banyak potensi pembiayaan ke segmen hijau dan sosial yang cukup potensial pada periode pemulihan ekonomi tahun ini, baik untuk pemberdayaan UMKM, dan proyek-proyek besar korporasi berwawasan lingkungan.
"Banyak korporasi yang sudah banyak mempersiapkan produksi energi terbarukan. Bahkan, segmen konsumsi untuk keperluan mobil listrik dan solar panel di masyarkat sudah mulai muncul. Ini akan menjadi target market yang baik untuk Bank Mandiri," sebutnya.