Bisnis.com, JAKARTA - Reynaldi Hermansjah, Presiden Direktur PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF), terpilih menjadi The Most Inspiring CEO for Sustainable Development dalam ajang Bisnis Indonesia Award (BIA) 2021.
Di bawah arahannya, IIF terus menunjukkan komitmennya dalam menciptakan produk-produk finansial inovatif untuk mendukung pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan berkelanjutan.
Untuk mengenal lebih jauh sumbangsih IIF dalam pembangunan itu, berikut petikan wawancara Bisnis Indonesia dengan Reynaldi Hermansjah:
IIF mungkin belum begitu familiar bagi sebagian besar masyarakat. Bisa dijelaskan secara singkat fungsi dan peran IIF untuk pembangunan infrastruktur Indonesia?
IIF adalah lembaga keuangan non bank yang khusus didirikan untuk memberikan pembiayaan ataupun jasa advisory untuk proyek infrastruktur di Indonesia yang mengedepankan aspek sustainability.
Jadi, proyek yang dibiayai IIF haruslah proyek infrastruktur yang menjalankan aspek sosial dan environmental policy. Jadi itu mandat kami yang memang menjadi salah satu misi besar dari Kemenkeu sebagai salah satu shareholder yang menginisiasi pembentukan IIF bersama multilateral agency lainnya. Kehadiran Kemenkeu melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI.
Bagaimana Anda melihat perjalanan IIF sejauh ini?
Kami didirikan pada tahun 2010. Salah satu tugas kami ialah mendorong keikutsertaan peran swasta dalam pembangunan infrastruktur. Jadi kami berperan sebagai katalis dan enabler bagi sektor swasta.
Dan selama 11 tahun berdiri, sudah banyak milestone strategis yang dilakukan IIF. KPBU pertama yaitu Tol Cikampek – Palimanan, merupakan proyek pertama yang dibiayai IIF pada sektor jalan tol. Di sana kami sebagai enabler sektor swasta untuk membangun infrastruktur.
Selanjutnya, kami banyak berperan di sektor energi terbarukan seiring dengan visi kami mengedepankan infrastruktur yang berkelanjutan. Kami membiayai banyak proyek renewable energy mulai dari pembangkit mini hydro, solar panel, bio gas hingga pembangkit listrik tenaga bayu di Sidrap yang diresmikan Presiden Joko Widodo. Jadi seluruh spektrum renewable energy sudah dibiayai IIF.
Lima besar sektor yang dibiayai IIF yaitu energi, jalan tol, minyak dan gas, serta water treatment (SPAM), dan telekomunikasi. Misal proyek SPAM Umbulan, yang merupakan KPBU pertama di sektor air minum, di mana swasta ikut serta, IIF juga berperan sebagai salah satu financiers.
Apa harapan shareholder kepada Anda saat ditunjuk sebagai Dirut IIF?
Saya bergabung di IIF awal 2019. Harapan shareholder saat itu ialah mengembalikan kondisi IIF yang selama 2 tahun sebelumnya berada dalam kondisi merugi. Harapan utama shareholder agar saya bisa mengembalikan kondisi keuangan dan kinerja IIF agar kembali positif dan mampu menjalankan misinya dengan baik.
Dan sejak saya bergabung di IIF, syukur kami mampu melakukan turn around. Tahun 2019 buku IIF sudah biru kembali dibandingkan 2017-2018 yang masih merah. Tahun 2020 tren pertumbuhan itu bisa bertahan dan InsyaAllah 2021 ini pertumbuhannya masih berjalan baik.
IIF adalah organisasi yang bagus sekali, diisi oleh human capital yang sangat mumpuni pada bidang masing-masing. Kondisi 2 tahun sebelumnya mungkin teman-teman kurang mendapatkan guidance.
Saya memberikan clear guidance, apa tujuan kami, bagaimana kami bisa melakukan turn around. Dengan adanya clear guidance maka timbul semangat kebersamaan, semangat dengan visi yang sama. Oleh karena itu bisa saya katakan turn around itu berkat kerja sama seluruh pihak di IIF.
Pada ajang Bisnis Indonesia Award (BIA) 2021, Anda medapatkan penghargaan sebagai The Most Inspiring CEO. Bisa diceritakan apa yang sebenarnya Anda lakukan di IIF?
Mungkin saya termasuk orang yang berprinsip melihat dari sisi pandang gelas setengah isi, dari pada berpandangan gelas setengah kosong. Kalau saya amati, dahulu keunggulan, pemahaman ataupun keunikan IIF pada bidang sosial dan lingkungan selalu dilihat sebagai kendala.
Saya mendorong agar kami melihat itu bukan sebagai hambatan tetapi sebagai nilai tambah IIF. Tidak banyak institusi yang memahami konsep pembiayaan yang berbasis sustainable dengan standar internasional.
Jika ini bisa disampaikan dengan baik, justru adalah nilai tambah yang luar biasa dari IIF untuk kemajuan bangsa. Bahwa membangun infrastruktur selain melihat aspek ekonomisnya tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungan, bukan melulu memikirkan laba-rugi atau keuntungan.
Banyak yang menilai pembiayaan infrastruktur berkelanjutan sosial lingkungan itu ribet. Bagaimana menurut Anda?
Memang seakan-akan pada jangka pendek, banyak pekerjaan rumah, banyak tambahan, tapi berdasarkan kajian yang ada, pendekatan ini justru memudahkan pekerjaan infrastruktur ke depan. Contohnya mini hydro, kalau ada kontaminasi di sungai tersebut, mereka berpotensi di kedepan harinya akan dikomplain masyarakat.
On the short term, ini seakan beban tambahan, tapi infrastruktur itu proyek jangka panjang dan mereka akan lebih baik. Bahkan ada kajian yang menyebutkan in the long run, return on investment atau return on equity dari proyek yang dibiayai secara sustainable itu lebih bagus dari pada proyek yang tidak.
Bagaimana Anda melihat IIF pada 5 atau 10 tahun ke depan?
Dari sektornya, infrastruktur masih dibutuhkan bangsa kita hingga 10 atau 20 tahun ke depan. Saat ini kita masih berkutat dengan infrastruktur dasar seperti jalan, telekomunikasi dan lainnya. Infrastruktur lebih dari sekadar itu, ada rumah sakit, dan pendidikan itu masuk dalam kategori infrastruktur, yaitu social infrastructure.
Nah, bagi IIF 5 hingga 10 tahun ke depan, saya melihat IIF adalah suatu boutique firm. Maksudnya, IIF ke depan akan besar dari human quality dan human capacity nya yang penuh kemampuan innovative nya.
Jenis pembiayaan yang kami lakukan itu unik, sepeti saat ini pembiayaan terpanjang kami adalah 18 tahun, dan kami mampu memberikan fix rate untuk tenor diatas 7 tahun. Jadi saya membayangkan IIF sebagai organisasi yang dipenuhi human capital yang sangat inovatif untuk bisa menjadi katalis dan enabler pembangunan infrastruktur Indonesia.