Bisnis.com, JAKARTA - Mewujudkan praktik bisnis yang berkelanjutan menuju ekonomi nol emisi karbon membutuhkan dukungan dan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan di berbagai industri.
Perlahan kesadaran banyak pelaku bisnis akan pentingnya mentransformasi pengelolaan usaha yang berkelanjutan berdasarkan pedoman Lingkungan (Environment), Sosial (Social), dan Tata Kelola (Governance) - LST/ESG - mulai terbangun sehubungan dengan target nol emisi karbon pada tahun 2050 yang dicanangkan Pemerintah Indonesia.
Tingkat kesadaran yang semakin tinggi dari pelaku bisnis dan pemangku kepentingan terkait tentunya merupakan angin segar dan perlu segera disikapi dengan pembentukan ekosistem usaha berkelanjutan yang mendukung, terutama terkait dua aspek utama yaitu teknologi dan dukungan finansial.
Peranan industri keuangan
Tuntutan untuk mencapai target nol emisi karbon pada tahun 2050 mendorong industri keuangan secara cekatan melakukan berbagai penyesuaian strategi, kerangka kerja serta kebijakan terkait bentuk pendanaan yang tepat agar transformasi pengelolaan industri menjadi pengelolaan dapat cepat dilakukan dalam kurun waktu yang ada. Berdasarkan kalkulasi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group dan Global Financial Markets Association, upaya menekan emisi karbon Bumi diperkirakan membutuhkan biaya hingga US$150 triliun dalam tiga dekade ke depan. Di Kawasan Asia, kebutuhan tersebut (financing gap) diperkirakan mencapai US$ 66 triliun.
Dr. Celine Herweijer, Group Chief Sustainability Officer HSBC, mengatakan bahwa Kawasan Asia memiliki peranan utama dalam mencapai target global untuk emisi nol. Salah satu langkah nyata HSBC adalah dengan menghentikan pembiayaan ke pembangkit batu bara; dimulai dari Uni Eropa pada 2030 sebelum akhirnya di semua kawasan di 2040.
Menyadari pentingnya akan perubahan cepat, HSBC dan bank-bank global lain membentuk Net-Zero Banking Alliance untuk bisa mendorong investasi dan pembiayaan untuk memerangi krisis iklim. Didirikan April 2021, aliansi tersebut kini beranggotakan 115 bank dari 41 negara, dengan total aset mencapai US$ 70 triliun atau setara dengan 38 persen aset perbankan global.
Kolaborasi ‘Radikal’
“Ada banyak hal yang perlu disinkronkan, dan ini membutuhkan kolaborasi yang radikal antara bank, nasabah, investor, dan tentunya regulator dan akademisi. Yang pasti, dunia keuangan sudah memahami perannya yang sentral dalam mencapai target emisi nol,” ujar Dr. Herweijer.
Di Kawasan Asia Tenggara, Bank HSBC bekerja sama dengan Temasek untuk memobilisasi dana guna proyek infrastruktur berkelanjutan. Didukung oleh Asian Development Bank, inisiatif ini diharapkan bisa menggalang hingga US$ 1 miliar untuk disalurkan ke sektor energi baru dan terbarukan, pengelolaan air dan sampah, serta transportasi ramah lingkungan.
HSBC juga bermitra dengan World Resources Institute (WRI) dan Word Wide Fund for Nature (WWF) dalam Climate Solutions Partnership, sebuah kolaborasi yang diprakarsai oleh HSBC Group senilai US$100 juta untuk jangka waktu 5 tahun, dalam rangka mengatasi hambatan pembiayaan berkelanjutan bagi korporasi.
Pembiayaan berkelanjutan hari ini masih terkendala dengan minimnya kerangka kebijakan, gap antara ketersediaan dan penawaran, serta perangkat pengukuran usaha berkelanjutan. Kesemuanya itu hanya bisa diselesaikan melalui urun-rembug dan partisipasi aktif dari korporasi, lembaga kemasyarakatan, pemerintah, dan industri keuangan.
Meski demikian, tantangan yang ada tidak menghentikan HSBC untuk tetap membantu para nasabahnya memperoleh akses pembiayaan berkelanjutan yang dibutuhkan sesuai dengan sektor industri mereka masing-masing.
HSBC memiliki kerangka kerja serta para profesional ahli yang memiliki kapabilitas untuk mengkaji setiap rencana pengembangan bisnis berkelanjutan dari nasabahnya dan menentukan fasilitas pembiayaan berkelanjutan yang sejalan dengan kebutuhan.
Secara khusus, HSBC di Indonesia siap bermitra dengan para pelaku bisnis dari berbagai sektor industri yang memenuhi kriteria LST sesuai yang disyaratkan, guna membantu transformasi mereka menuju pengelolaan bisnis berkelanjutan.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai pembiayaan berkelanjutan klik disini.