Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) mencatatkan penyusutan laba 10 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp1,53 triliun sepanjang 2022, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,70 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Bisnis pada Sabtu (18/2/2023), penyusutan laba ini seiring dengan penurunan pendapatan bunga 3,07 persen yoy dari Rp10.73 triliun pada 2021 menjadi Rp10,40 triliun pada 2022.
Kemudian, pendapatan berbasis komisi atau fee based income Maybank Indonesia pada 2022 juga turun 12,23 persen yoy menjadi Rp830,86 miliar.
Di sisi lain, Maybank Indonesia mencatatkan peningkatan sejumlah beban pada 2022, seperti beban tenaga kerja yang naik 10,23 persen menjadi Rp2,80 triliun. Kemudian, beban promosi naik 72,80 persen menjadi Rp166,74 miliar.
Dengan demikian, beban operasional selain bunga bersih Maybank Indonesia pada 2022 naik 9,61 persen dari Rp4,89 triliun pada 2021 menjadi Rp5,36 triliun pada 2022.
Rasio profitabilitas bank berkode emiten BNII ini pun menurun. Tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) misalnya turun 92 basis poin (bps) dari 6,36 persen pada 2021 menjadi 5,44 persen pada 2022.
Kemudian, tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) turun 9 bps dari 1,34 persen pada 2021 menjadi 1,25 persen pada 2022.
Meski begitu, Maybank Indonesia masih mencatatkan peningkatan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) pada 2022 sebesar 36 bps menjadi 5,05 persen.
Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Maybank Indonesia naik 5,94 persen yoy menjadi Rp107,81 triliun sepanjang 2022.
Kemampuan Maybank Indonesia meningkatkan penyaluran kredit seiring dengan kemampuan perseroan menjaga kualitas aset. Rasio kredit macet atau nonperforming loan (NPL) gross tercatat di posisi 3,46 persen pada 2022 dan NPL nett di posisi 2,34 persen.
Akan tetapi, total aset Maybank Indonesia turun 6,48 persen yoy dari Rp168,71 triliun pada 2021 menjadi Rp160,81 triliun pada 2022.
Untuk pendanaan, BNII mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp105,7 triliun pada 2022, turun 7,99 persen yoy. Namun, porsi dana murah atau current account savings account (CASA) BNII tercatat menebal, dari 47,22 persen terhadap DPK pada 2021 menjadi 51,40 persen terhadap DPK pada 2022.