Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan teknologi finansial peer-to-peer (P2P) lending Investree mengimbau agar pemberi pinjaman (lender) perlu mencermati pemilihan peminjam dana (borrower) sebelum memberikan pendanaan. Pasalnya, para lender kemungkinan akan mengalami kerugian atas pinjaman yang diberikan.
Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi menuturkan, meski Investree didukung oleh sistem penilaian kredit yang akurat, tim penilai kredit yang kompeten, hingga kerja sama penjaminan dengan perusahaan asuransi, tak menutup kemungkinan adanya risiko pendanaan yang tidak dapat dihindari oleh para lender.
“Oleh karena itu, lender perlu mencermati pemilihan borrower yang akan didanai berdasarkan preferensi dan toleransi masing-masing lender,” kata Adrian kepada Bisnis, dikutip pada Minggu (30/4/2023).
Selain itu, Adrian menuturkan bahwa semakin tinggi imbal hasil, maka semakin tinggi pula risiko kredit. Sehingga, lanjutnya, berbagai layanan mitigasi risiko yang diberikan tidak dapat sepenuhnya menjamin adanya investasi yang bebas risiko.
Di samping itu, Adrian menyatakan profil pendanaan di fintech lending juga tidak sama seperti produk simpanan di bank yang dilindungi oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sehingga hal tersebut perlu menjadi perhatian calon lender pada platform fintech lending.
“Dengan risiko investasi yang ada, Investree menganjurkan para lender untuk melakukan diversifikasi portofolio investasi dan analisa risiko pendanaan, sesuai dengan kemampuan menanggung risiko,” tuturnya.
Perusahaan yang mengklaim sebagai pionir P2P lending marketplace di Indonesia itu juga menganjurkan agar para lender untuk mengalokasikan dana investasi secara bijak yang sesuai dengan durasi dan kemampuan menanggung risiko, dan tidak menggunakan dana kebutuhan pokok untuk investasi.
Mengutip dari laman resmi Investree pada Minggu (30/4/2023), total tingkat keberhasilan Investree dalam menuntaskan pinjaman atau TKB total yang dimiliki Investree berada di angka 97,07 persen.
Tercatat, per 31 Maret 2023, Investree telah memberikan fasilitas pinjaman senilai Rp20,92 triliun dan penyaluran pinjaman Rp13,21 triliun terhitung sejak berdirinya perusahaan pada 2015.