Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Membaik, Restrukturisasi Kredit BRI (BBRI) Kian Susut hingga Rp83,2 Triliun

Restrukturisasi kredit di BRI sudah berada di level Rp83,2 trilun dari posisi awal lebih dari Rp250 triliun.
Kode Bank BRI/iStock
Kode Bank BRI/iStock

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatat jumlah kredit BRI yang direstrukturisasi telah menurun menjadi sekitar Rp83,2 triliun atau sekitar 7,64 persen dari total kredit BRI per Juni 2023.

Secara akumulatif kredit BRI yang direstrukturisasi karena pandemi tertinggi mencapai 30 persen dari total portofolio kredit, yang puncaknya terjadi sekitar September 2020 dengan nilai lebih dari Rp250 triliun. 

Direktur Manajemen Risiko BRI, Agus Sudiarto, menjelaskan dengan makin pulihnya kondisi ekonomi pasca Covid-19 dan di tengah geliat pelaku UMKM yang terus meningkat, perseoran memang terus membidik porsi risiko kredit (Loan at Risk/LAR) bisa kembali dari 15,1 persen di Juni 2023 ke single digit dari total portofolio kredit pada 2025.

“Alhamdulillah saat ini sudah jauh berkurang. Jadi setiap bulan kami turun antara Rp3 triliun sampai Rp5 triliun. Mudah-mudahan sisanya ini bisa kami kelola hingga akhir tahun ini terus menurun,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip Bisnis, Minggu (23/7/2023). 

Sebagai informasi, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memang telah membukukan porsi kredit kepada UMKM yang jumbo. Pada kuartal I/2023, BRI membukukan penyaluran kredit pada segmen UMKM sebesar Rp989,6 triliun atau mencapai 83,86 persen dari total kredit yang disalurkan.

“Kita tiap tahunnya minimal ada dua juta UMKM yang tergabung, dengan begitu kami bisa mempercepat capaian target pemerintah dalam mendorong kapasitas dan kapabilitas UMKM Indonesia,” ujarnya dalam Press Conference di Jakarta beberapa waktu lalu.

Strategi BBRI

Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, Agus menerangkan bakal menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.

Adapun NPL coverage BRI selama masa pandemi yaitu mencapai sebesar 247,98 persen pada 2020, atau naik menjadi 278,14 persen pada 2021. 

Pada 2022 persentasenya ditingkatkan menjadi 291,54 persen. Sedangkan pada kuartal I/2023 sebesar 268,93 persen.

“Jadi 2020, 2021 sampai 2022 memang kami di BRI melakukan upaya mitigasi yang sangat konservatif. Di mana pencadangan-pencadangan yang kami lakukan cukup memadai sehingga dibandingkan posisi pre-pandemic kenaikannya cukup signifikan,” lanjutnya.

Hal itu pun mengatrol cost of credit, yang biasanya sebelum pandemi hanya sekitar 2 persen menjadi 3 persen selama masa pandemi. Sedangkan untuk tahun ini, perseroan memproyeksikan cost of credit mulai turun dan berada di kisaran 2,2 hingga 2,4 persen.

Meskipun kondisi industri perbankan nasional membaik dan cost of credit BRI mulai turun setelah pandemi, manajemen BRI tetap berhati-hati dan melakukan pencadangan secara konservatif. 

BRI menyadari bahwa kondisi ekonomi global masih penuh ketidakpastian, termasuk perang Ukraina-Rusia di Eropa dan tingginya suku bunga yang diberlakukan oleh banyak bank sentral, termasuk di Amerika Serikat. Inflasi di berbagai belahan dunia juga masih tinggi.

“Di negeri kita kondisinya masih lebih baik dari beberapa kawasan, baik dari sisi tingkat inflasi maupun pertumbuhan ekopnomi kita juga masih relatif lebih tinggi di banding kawasan lain," sebut Agus.

Baginya,  ini tentunya berpengaruh pada kondisi di sektor perbankan. Meskipun kondisi domestik dan perbankan lebih baik, akan tetapi pihaknya tidak mengabaikan kondisi luar dengan cara tetap melakukan pencadangan secara konservatif. 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper