Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluang Bisnis, Wamen BUMN Sebut UMKM Asean Butuh Tambahan Kredit Rp4.597 Triliun Per Tahun

Pelaku usaha memiliki ruang untuk memacu bisnis di sektor kredit baik melalui fintech, bank, hingga leasing seiring besarnya kebutuhan UMKM di Asean.
Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani di sela-sela KTT Asean ke-43 di Hall B JCC, Jakarta, Selasa (5/9/2023)./Bisnis-Ni Luh Anggela
Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani di sela-sela KTT Asean ke-43 di Hall B JCC, Jakarta, Selasa (5/9/2023)./Bisnis-Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA –– Bisnis pembiayaan di Asia Tenggara diyakini masih prospek. Pasalnya kawasan yang dihuni 650 juta jiwa ini khusus untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah saja membutuhkan tambahan pembiayaan US$300 miliar atau butuh tambahan Rp4.597 Triliun setiap tahunnya.

Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani menyampaikan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah di Asean mengalami kekurangan pendanaan hingga US$300 miliar setiap tahunnya.

“Sekitar 39 juta dari 70 juta UMKM menghadapi kekurangan pendanaan yang cukup besar dengan nilai US$300 miliar setiap tahunnya,” kayanya dalam Asean-Indo-Pacific Forum (AIPF) Day 2 di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (6/9/2023).

Di samping itu, Rosan mengatakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan transaksi dan menggunakan jasa layanan bank tercatat masih rendah dengan persentase penduduk hingga 70 persen belum menggunakan layanan perbankan. 

Di sisi lain, menurutnya munculnya layanan keuangan digital membuka jalan sehingga menjembatani kesenjangan keuangan khususnya bagi yang belum memiliki rekening bank, belum memakai jasa layanan perbankan, dan juga bagi UMKM yang sebelumnya mungkin dinilai unbankable

Pada periode 2011 hingga 2022, pemain teknologi finansial di Indonesia meningkat enam kali lipat dari semula 51 pemain menjadi 334 pemain aktif. 

Sementara itu, 33 persen penduduk memilih e-wallet sebagai metode pembayaran default mereka pada 2021. Hal ini sekaligus menempatkan Indonesia sejajar dengan beberapa negara maju di Asia.

“Transisi Indonesia menuju ekonomi digital terlihat jelas dengan melonjaknya pembayaran non-tunai dari US$813 juta menjadi US$26,2 miliar pada 2017 hingga 2022. Transisi menuju ekosistem transaksi digital yang berkembang pesat ditunjukkan dengan nilai transaksi pembayaran digital, yang tumbuh dari US$206 miliar pada 2019 menjadi US$266 miliar pada 2022,” jelasnya.

Lebih lanjut, Rosan mengatakan bahwa BUMN juga memegang peranan penting dalam mendorong inklusi keuangan melalui keuangan digital khususnya di kota-kota yang kurang terjangkau. 

“Selama beberapa tahun terakhir, BUMN telah meningkatkan katalis, memulai inisiasi yang visioner dan membentuk kolaborasi yang strategis untuk mentransformasi layanan keuangan digital Indonesia dalam berbagai aspek,” katakana.

Dia menambahkan, lanskap pinjaman digital juga pun diperkirakan akan tumbuh secara signifikan pada 2030. Menghadapi fenomena tersebut, imbuhnya bank-bank BUMN kini berfokus pada tiga transformasi yang mencakup pinjaman digital, pembayaran digital (e-wallet), dan perbankan digital.

Dalam hal ini, BRI, Bank Mandiri, dan Bank BNI telah meluncurkan platform pinjaman digital yang memungkinkan individu yang tidak memiliki riwayat pinjaman dapat mengakses layanan keuangan secara digital. 

Inisiatif ini kata Rosan memberikan dampak yang signifikan terhadap inklusi keuangan, misalnya pinjaman digital BRI yang tumbuh 146 persen dalam waktu 1 tahun di periode 2021 hingga 2022 dengan nilai pinjaman US$125juta kepada jutaan peminjam dalam tiga kuartal pertama di 2022.

“Kemudian, untuk pembayaran digital [e-wallet], beberapa BUMN juga telah memperluas layanan pembayaran melalui platform e-money bagi pelanggan. Terakhir, untuk perbankan digital, Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN telah membangun solusi perbankan digital, salah satunya mobile banking BNI yang telah tumbuh 59,6 persen year-on-year menjadi 7,8 juta pengguna pada 2020,” jelas Rosan.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper