Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara (Bank Sultra) mencatat laba bersih 2023 sebesar Rp406 miliar. Laba Bank Sultra ini melonjak 34% dibanding periode sebelumnya.
Direktur Utama (Dirut) Bank Sultra Abdul Latif mengatakan berdasarkan histori dalam 3 tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang konsisten. Pada buku 2020 laba mencapai Rp260 miliar, yang kemudian meningkat pada tahun 2021 menjadi Rp272 miliar, kemudian pada tahun 2022 juga meningkat menjadi Rp303 miliar.
"Pencapaian luar biasa terjadi pada tahun 2023 dengan capaian laba bersih (non-audit) sebesar Rp406 miliar," kata Abdul Latif seperti dilansir Antara, Senin (22/1/2024).
Ia menyebutkan bahwa saat ini kantor akuntan publik tengah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan bank. "Pertumbuhan laba ini tidak terlepas dari efektivitas fungsi intermediasi dan kemampuan perusahaan dalam memobilisasi dana secara ekonomis," ujarnya.
Dia juga mengungkapkan pertumbuhan laba bersih tersebut merupakan hasil dari sejumlah langkah strategis yang telah dilakukan bersama seluruh pengurus dan karyawan Bank Sultra. Salah satunya adalah dengan menekan biaya bunga dengan menurunkan presentasi dana mahal dan meningkatkan CASA.
"Strategi bisnis tentu harus dirumuskan dengan tepat. Dan salah satu yang menjadi fokus kami adalah terus meningkatkan portofolio kredit yang sehat, disertai inovasi di sisi produk, proses, serta operasional bank," ungkapnya.
Baca Juga
Selain itu, Abdul latif menyampaikan bahwa pihaknya juga mendorong ekspansi kredit. Hingga akhir tahun 2023, Bank Sultra telah menyalurkan kredit sebesar Rp9 triliun, meningkat 8,01% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Peningkatan laba Bank Sultra berdampak pada peningkatan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Pada tahun buku 2022 bank mendistribusikan Rp212 miliar. Dividen Bank Sultra juga merupakan salah satu pendapatan asli daerah," sebut Abdul Latif.
Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2024 ini, pihaknya tetap memiliki optimisme untuk terus menumbuhkan kinerja Bank Sultra, begitu juga dengan ruang pertumbuhan kredit masih terbuka, yang didukung dengan kebijakan pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi.