Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mencatatkan pengetatan salah satu indikator likuiditas, yakni rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) pada 2023.
Tercatat LDR BTN ada di level 98,27% per September 2023, membengkak 567 basis poin (bps) dibandingkan LDR pada September 2022 di level 92,6%.
LDR sendiri menunjukkan kondisi atau tingkat likuiditas suatu bank. Semakin tinggi LDR bank, maka semakin ketat likuiditasnya. Sebaliknya, semakin kecil LDR, maka semakin longgar likuiditas bank.
Tidak hanya BTN, industri perbankan pun mengalami peningkatan LDR. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat LDR bank pada level 84,78% per November 2023, membengkak dari level 79,6% pada November 2022.
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan LDR BTN memang tinggi. Hal ini terjadi lantaran pertumbuhan kredit lebih pesat dibandingkan dana pihak ketiga (DPK) atau simpanan yang diraup dari nasabah. "Kami kredit tumbuh double digit, di industri juga sama. Sementara DPK nasional tumbuh kecil. Pasti LDR naik," ujarnya pada beberapa waktu lalu.
Meski begitu, kondisi likuiditas bank tetap terjaga. "Kami melihat dari alat likuidnya, tidak hanya dari sisi LDR. BTN dananya tidak semua dari DPK, kami ambil sekuritisasi, pinjaman jangka panjang, karena kredit yang kami salurkan juga jangka panjang, adapun DPK basisnya dana jangka pendek," tutur Nixon.
Baca Juga
Menurutnya, dengan kondisi likuiditas saat ini, BTN masih mempunyai ruang pertumbuhan kredit. Apalagi, permintaan kredit khususnya di segmen perumahan yang disasar BTN besar.
Sebelumnya, EVP Treasury Division Head BTN, Sindhu Rahadian Ardita juga mengatakan likuiditas industri saat ini memang sedang ketat. Di BTN, LDR membengkak karena ada sejumlah faktor.
"Ada instrumen jangka panjang surat berharga, sekuritisasi, pinjaman dalam bilateral loan, itu uang yang digunakan untuk mengelola likuiditas, tapi tidak terhitung dari sisi LDR," ujarnya pada Rabu (14/12/2023) di Jakarta.
Meski begitu, BTN tetap berupaya menjaga likudiitasnya dengan LDR di level di bawah 100%. Di antara strategi BTN dalam mengelola likuiditas yakni peningkatan retail funding dari sisi deposito. "Ini agar kegiatan kami [kredit] ditopang DPK yang stabil," kata Shindu.
Untuk itu, BTN mengembangkan mobile banking untuk meraup simpanan nasabah. "Agar [nasabah] taruh duit di situ," ujarnya.
Selain itu, BTN mengelola likuiditas dengan tetap menjalankan penempatan dana di surat berharga. "Kita melakukan transaksi [penempatan dana] dengan ekses likuiditas tanpa mengesampingkan intermediasi. Penempatan di SBN [surat berharga negara] untuk menjaga alat likuid," ujarnya.