Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Catatan BRI, BNI dan Mandiri Usai Restrukturisasi Kredit Covid-19 Berakhir

Sejumlah bank BUMN seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Bank Mandiri (BMRI) terus membereskan restrukturisasi kredit UMKM.
Catatan BRI, BNI dan Mandiri Usai Restrukturisasi Kredit Covid-19 Berakhir. Pengunjung beraktivitas di kawasan pasar Tanah Abang di Jakarta, Rabu (6/4/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Catatan BRI, BNI dan Mandiri Usai Restrukturisasi Kredit Covid-19 Berakhir. Pengunjung beraktivitas di kawasan pasar Tanah Abang di Jakarta, Rabu (6/4/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank BUMN seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) terus membereskan restrukturisasi kredit pada segmen UMKM, usai dicabutnya stimulus restrukturisasi kredit dampak Covid-19.

Sebagaimana diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mencabut kebijakan stimulus restrukturisasi kredit perbankan untuk dampak Covid-19 berakhir sejak 31 Maret 2024

Selama empat tahun implementasi, OJK melaporkan bahwa pemanfaatan stimulus restrukturisasi kredit ini telah mencapai Rp830,2 triliun, yang diberikan kepada 6,68 juta debitur pada Oktober 2020

“Sebanyak 75% dari total debitur penerima stimulus adalah segmen UMKM, atau sebanyak 4,96 juta debitur dengan total outstanding Rp348,8 triliun,” tulis OJK dalam keterangan tertulis, Minggu (31/3/2024)

Adapun, dari sisi perbankan, BRI misalnya, mencatatkan penurunan jumlah kredit restrukturisasi Covid-19.

Berdasarkan presentasi perusahaan, dari sisi total outstanding atas restrukturisasi Covid-19, maka segmen mikro, kecil (small) dan medium bank only dari BRI tercatat terus mengalami penyusutan secara tahunan.

Per Desember 2023, segmen usaha mikro berada di level Rp13,7 triliun; lalu segmen usaha kecil Rp21,2 triliun dan medium bank sebesar Rp1,6 triliun. Angka ini turun dari 2022 dengan outstanding ketiga segmen tersebut mencapai Rp33,7 triliun,Rp45,1 triliun dan Rp2,6 triliun 

Bila dilihat secara keseluruhan total outstanding atas kredit restrukturisasi Covid-19 BRI mencapai 70,9 triliun pada 2023, susut dari periode yang sama tahun lalu yaitu Rp107,2 triliun. 

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengatakan perseroan menyiapkan pencadangan yang memadai seiring berakhirnya relaksasi Covid-19 bulan ini.

"Tinggal makro ekonomi kita perhatikan," ujarnya, Senin (5/3/2024) di Jakarta. 

Per Desember 2023, BRI mencatatkan pencadangan kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) atau NPL coverage 229,09%. Sementara, pencadangan kredit berisiko (loan at risk/LaR) atau LaR coverage di level 54,14%.

Agus mengatakan BRI pun optimistis kredit bermasalah dan kredit berisiko akan tetap dalam tren turun meski relaksasi dicabut. "Kalau dari guideline di NPL kita turun jadi 2,7% tahun ini. Mudah-mudahan LAR juga kecil," ujarnya.

Senada, BNI juga mencatatkan penyusutan nilai kredit restrukturisasi Covid-19

Berdasarkan presentasi perusahaan, per Desember 2023 kredit restrukturisasi Covid-19 untuk segmen menegah (medium) mencapai Rp4,2 triliun, susut dari sebelumnya Rp8,6 triliun. 

Sementara, kredit restrukturisasi untuk segmen kecil mencapai Rp1,8 triliun pada 2023, turun ketimbang sebelumnya Rp4,6 triliun pada 2022. 

Apabila dilihat secara umum, Per Desember 2023, total kredit restrukturisasi Covid-19 BNI mencapai Rp26,6 triliun, susut dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp49,6 triliun. 

Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini mengatakan BNI juga terus melakukan pengkajian secara berkala atas dampak dari pencabutan kebijakan restrukturisasi kredit Covid-19. 

"Memang kami kaji berkala prospek debitur untuk pulihkan usahanya dan potensi kolektabilitas normal. Jadi kami menilai mereka berada pada kondisi risiko yang minimal," ujarnya.

Menurutnya, pencabutan restrukturisasi diproyeksikan tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan risiko kredit.

"NPL dijaga membaik dari 2023 guidance di bawah 2%," katanya.

Dari sisi pencadangan, BNI menyiapkan NPL coverage di level 319% per Desember 2023. Lalu, LaR coverage di level 52,7%.

Tak mau kalah, Mandiri juga melaporkan per Desember 2023, tersisa 0,8% dari total Rp167,878 miliar kredit mikro yang masih dalam proses restrukturisasi Covid-19.

Sementara, untuk segmen UKM tidak diketahui berapa banyak yang dalam restrukturisasi. Namun, tercatat total pinjaman UKM mencapai Rp76,785 miliar pada 2023.

Apabila dilihat secara umum, Per Desember 2023, total kredit restrukturisasi Covid-19 mencapai Rp26 triliun, susut dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp50,7 triliun. 

Seiring dengan penyusutan restrukturisasi, Bank Mandiri pun optimistis kinerja akan terus membaik. Sebab, perseroan secara bertahap telah melakukan stress test dan sensitive analyst dari berbagai aspek. 

“Di Bank Mandiri, LaR sudah lebih rendah dibanding Covid-19, ini menjadi indikator utama bahwa kita sudah siap ke kondisi sebelum Covid-19,” ujar Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar berapa waktu lalu,

Tercatat, per akhir Desember 2023, pencadangan atas kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) coverage Bank Mandiri mencapai 326%. Sementara, posisi pencadangan kredit berisiko atau loan at risk (LaR) coverage berada di level 45,3% per Desember 2023. 

Sebelum berakhirnya kebijakan restrukturisasi kredit Covid-19, Mandiri pun telah menjaga kualitas asetnya. Tercatat, NPL perseroan berada di level 1,19% dan LaR berada di level 8,62% pada 2023, angka ini lebih rendah dibanding saat pandemi yang LaR perseroan mencapai 9,11% pada 2019. 

 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper