Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intip Prospek Bisnis Bank Syariah di Tengah Musim Konsolidasi

Simak prospek bisnis bank syariah di Indonesia, di tengah musim konsolidasi.
Logo Bank Syariah./Istimewa
Logo Bank Syariah./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja bisnis bank syariah dinilai masih prospektif hingga akhir tahun di tengah ramainya aksi konsolidasi perbankan syariah demi menciptakan pemain baru untuk menyaingi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS). 

Sebagaimana diketahui, pangsa pasar perbankan syariah terhadap industri perbankan memang masih relatif kecil, per Maret 2024 perbankan syariah mencatat pencapaian yang total aset Rp870,22 triliun, tumbuh 9,66% secara tahunan dan berkontribusi pada pangsa pasar sebesar 7,33%. 

Sejauh ini, terdapat dua Unit Usaha Syariah yakni PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang diharuskan menjalankan pemisahan atau spin off menjadi bank umum syariah (BUS). Tercatat, keduanya masing-masing memiliki aset Rp54,84 triliun dan Rp64,59 triliun pada kuartal I/2024.

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Unit Usaha Syariah (POJK UUS), bank yang memiliki UUS dengan share asset lebih dari 50% dan/atau total aset UUS mencapai lebih dari Rp50 triliun wajib untuk melakukan spin off. 

Kondisi CIMB Niaga Syariah

Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara mengatakan dalam proses persiapan spin off, CIMB Niaga Syariah bakal menjalankannya secara organik dan belum ada rencana aksi korporasi berupa akuisisi. 

Dengan makin terangnya keputusan perseroan dalam memenuhi aturan regulator, CIMB Niaga Syariah pun terus mempersiapkan infrastuktur dengan sebaik-baiknya, sehingga bank bisa tetap efisien, bahkan menjadi lebih kuat lagi usai spin off.

“Yang paling penting adalah agar layanan terhadap nasabah akan sama baiknya, baik sebelum dan sesudah spin off,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (24/6/2024)

Dia juga menilai prospek ⁠bisnis syariah akan tetap menjanjikan seperti tahun-tahun sebelumnya. Ini karena, tingkat inklusivitas masyarakat terhadap perbankan syariah masih rendah, sehingga peluang untuk membidik masyarakat menjadi nasabah syariah juga masih besar.

Tak hanya itu, kata Pandji, produk syariah dinilai cukup memiliki added value terhadap masyarakat dibandingkan dengan produk konvensional.

“Target masih tetap sama [pembiayaan, aset, laba CIMB Niaga Syariah] tumbuh dobel digit,” imbuhnya. 

Kondisi Spin Off BTN Syariah

Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang mulanya direncanakan mengakuisisi Bank Muamalat dikabarkan berpindah haluan ke PT Bank Victoria Syariah demi menuntaskan mandat regulator untuk spin off alias melakukan pemisahan unit usaha syariah (UUS) BTN yakni BTN Syariah menjadi bank umum syariah (BUS). 

Meski begitu, Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan pihaknya belum memperoleh keputusan apapun. 

“Kita belum berani jawab karena belum ada keputusan apa-apa,” katanya pada awak media di Jakarta, pekan lalu, (21/6/2024). 

Adapun, kabar soal batalnya akuisisi Bank Muamalat berhembus seiring proses uji tuntas alias due diligence yang molor dari waktu yang ditargetkan untuk rampung pada April 2024. Bahkan, memasuki akhir Juni 2024 belum ada kabar terbaru dari kedua belah pihak.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Irfan Syauqi Beik menilai terkait kabar batalnya aksi korporasi BTN Syariah untuk merger dengan Bank Muamalat tentu sepenuhnya bergantung pada pemegang saham pengendali (PSP).

“Tentu ada hal-hal tertentu yang membuat suatu proses menjadi batal,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (24/6/2024)

Bahkan, menurut Irfan opsi terbaik yang bisa dilakukan UUS CIMB Niaga adalah dengan melakukan akuisisi terhadap BUS yang relatif kecil. Pasalnya, proses spin off menjadi BUS memang memerlukan waktu dan proses yang tidak sebentar.

Lebih lanjut, katanya, ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan saat menjalankan proses spin off, mulai dari tingkat kesehatan bank yang akan diakuisisi, prospek bisnis bank, budaya kerja, hingga sistem teknologi dan lain sebagainya.

“Soal prospek, insya Allah masih sangat bagus. Beberapa menunjukkan tren yang positif, seperti industri pangan dan kuliner halal, pariwisata ramah muslim, fesyen muslim dan umroh,” ujarnya. 

Ke depan, dia optimistis terhadap kinerja industri bank, mengingat kondisi makro diperkirakan tetap berada pada kisaran 5%. “Tinggal bank syariah perlu mewaspadai industri yang bahan bakunya impor,” ucapnya.

Melemahnya rupiah perlu memang perlu diantisipasi dengan baik. Namun secara umum, Irfan menyebut pertumbuhan aset, pembiayaan hingga laba bisa tetap dobel digit atau di atas 10%.

Sebagaimana diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan hingga saat ini belum ada lagi unit usaha syariah (UUS) yang mengajukan permohonan spin-off secara formal. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menuturkan hal ini lantaran bank sedang menyusun revisi RBB yang diharapkan memuat rencana secara lebih seksama dengan memperhatikan kesesuaian strategi dengan capaian perkembangan kinerja bank .

“Sehingga bank umum syariah (BUS) hasil pemisahan dapat menjadi bank yang kuat dengan memenuhi persyaratan,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (14/6/2024).

Adapun, syarat yang harus terpenuhi meliputi modal disetor, kewajiban penyediaan modal minimum, dan batas maksimum nonperforming financing, serta mampu memanfaatkan peluang sinergi dengan bank umum konvensional (BUK) induk, sehingga layanan yang diberikan UUS dapat tetap dilakukan oleh BUS hasil pemisahan secara efisien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper