Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Ramal Nilai Tukar Rupiah Rp15.300-Rp15.700 Pada 2025, Ini Faktor Pendorongnya

Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp15.300-Rp15.700 per dolar AS pada 2025, didorong sentimen pemangkasan suku bunga The Fed.
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank KEB Hana Indonesia (Hana Bank) di Jakarta, Kamis (25/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank KEB Hana Indonesia (Hana Bank) di Jakarta, Kamis (25/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada 2025 akan bergerak pada kisaran Rp15.300-Rp15.700 per dolar AS.

Hal tersebut dia ungkapkan dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Selasa (27/8/2024).

“Kami perkirakan nilai tukar rupiah sepanjang 2025 akan bergerak pada kisaran Rp15.300-Rp15.700 per dolar AS,” katanya.

Perry menjelaskan, salah satu faktor yang akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar pada tahun depan adalah menurunnya suku bunga di AS. Dia mengatakan, Federal Fund Rate (FFR) diprediksi akan turun dari 5,5% ke 5% pada 2024. Pemangkasan suku bunga tersebut diproyeksikan  berlanjut pada 2025 sebesar 75 basis poin menjadi 4,25%.

Dengan penurunan tersebut, Perry mengatakan aliran modal atau inflow asing ke emerging market seperti Indonesia akan meningkat. Hal tersebut juga akan menekan imbal hasil obligasi AS atau US Treasury tenor 10 tahun. 

Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia seperti pertumbuhan dan pergerakan inflasi juga dinilai akan berada di level yang optimal sepanjang 2025. Hal tersebut akan menimbulkan persepsi positif bagi para pemilik dana untuk masuk ke pasar Indonesia.

Faktor lain yang akan mendukung pergerakan nilai tukar rupiah adalah imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) Indonesia. Perry menuturkan, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun akan turun dari level 3,9% ke kisaran 3,6% pada tahun depan yang akan membuat obligasi Indonesia atraktif di mata para investor.

"Kami juga berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan membawa nilai tukar lebih menguat," lanjutnya.

Di sisi lain, Perry juga menyebut ada beberapa faktor sentimen yang berpotensi menekan nilai tukar sepanjang tahun depan. Dia mengatakan, tensi geopolitik seperti AS-China, Timur Tengah, dan lainnya dapat memicu volatilitas pasar global.

"Kemudian, defisit transaksi berjalan kita juga akan sedikit melebar tahun depan, dari 0,1%-0,9% dari PDB pada 2024 menjadi sekitar 0,5%-1,3% untuk tahun depan," kata Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper