Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Darmawan Junaidi membeberkan sejumlah tantangan bisnis yang dihadapi sektor perbankan sepanjang 2024.
Menurutnya, pasar perbankan Tanah Air masih berkutat dengan tingkat suku bunga yang tinggi, meskipun Bank Indonesia sempat menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) ke level 6,00% belum lama ini.
“Walaupun sudah mulai ada penurunan suku bunga benchmark, tapi secara efektif bunga di pasar ini masih belum turun,” katanya dalam Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Selain itu, dirinya juga melihat bahwa dinamika perekonomian global hingga domestik berpengaruh terhadap kondisi likuiditas. Likuiditas perbankan terutama di pasar domestik dinilai masih cukup ketat.
Secara umum, hingga akhir tahun, Bank Mandiri saat ini memproyeksikan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Tanah Air akan berada pada kisaran 5%.
“Tapi kalau kita lihat proyeksi pada tahun depan dengan asumsi-asumsi tidak banyak perubahan, dieskalasi dengan aktivitas ekonomi yang sudah berjalan, kita melihat peluang untuk tumbuh sampai dengan kira-kira 5,2%,” sambungnya.
Baca Juga
Meskipun demikian, Darmawan mengharapkan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tak berhenti pada angka tersebut. Sebagaimana visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan lebih tinggi sepanjang 2026 hingga 2029.
“Sebagaimana yang kita ketahui dengan program Asta Cita dan 17 fokus dari pemerintahan Presiden Prabowo Sudianto ini [diharapkan] juga bisa tercapai,” jelasnya.
Adapun, Bisnis Indonesia Group menggelar Bisnis Indonesia Economy Outlook 2025 di Raffles Hotel Jakarta pada hari ini.
Acara ini mengusung tema utama yang harmonis dengan visi kebijakan pemerintahan baru yakni "Menuju Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan". Tema tersebut dijabarkan dengan membahas berbagai isu sektoral strategis yang memengaruhi perekonomian Indonesia pada tahun depan.
Presiden Komisaris Bisnis Indonesia Group Hariyadi Sukamdani menilai pentingnya sinergi dan kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan pada 2025.
Hariyadi menyampaikan, pemerintah perlu terus melanjutkan reformasi struktural untuk memperbaiki iklim investasi, memperkuat daya saing industri, serta tingkatkan kualitas sumber daya alam.
“Dalam upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tentu diperlukan sinergi dan kerja sama dari kita semua,” katanya dalam sambutan.