Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Darmawan Junaidi mengungkapkan strategi di balik laju pertumbuhan kredit dan simpanan perseroan yang melampaui torehan industri perbankan pada kuartal III/2024.
Bank Mandiri membukukan pertumbuhan kredit sebesar 22,1% secara tahunan atau year on year (yoy) hingga mencapai Rp1.590 triliun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit industri yang berada pada kisaran 11% per September 2024.
Selain itu, pertumbuhan simpanan alias dana pihak ketiga (DPK) bank pelat merah ini mencapai 14,9% yoy dengan total nominal Rp1.667 triliun pada periode yang sama, sedangkan industri perbankan berada pada kisaran 7%.
“Kami memang ada penajaman-penajaman dan transformasi yang dilakukan sejak 2021 sehingga memang sejak Januari 2024 pertumbuhan kami tidak in line dengan pertumbuhan industri. Karena memang sumber pertumbuhannya dari ekosistem nasabah-nasabah wholesale,” katanya dalam Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Menurutnya, eskalasi dari segmen nasabah tersebut mulai terjadi pada 2022 dan 2023, dan hasilnya dapat dilihat sejak awal 2024. Hal yang paling digarisbawahi Darmawan adalah meskipun portofolio kredit Bank Mandiri terbilang besar, rerata pertumbuhan yang dibukukan perseroan juga tinggi.
“Nah, ini sebetulnya in line dengan proyeksi yang ingin mendorong target pertumbuhan PDB [produk domestik bruto] yang lebih tinggi dibandingkan 5% yang selama ini direalisasikan di Indonesia,” tuturnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, dirinya menilai bahwa target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan pemerintah tidak bisa dicapai dengan kontribusi dari satu atau dua korporasi besar belaka sehingga kolaborasi diharapkan dapat terjadi.
Bank Mandiri memproyeksikan banyak sektor korporasi yang dapat didukung secara pembiayaan sehingga bisnis bank juga dapat bertumbuh secara sehat di tengah keterbatasan yang ada.
Sektor-sektor yang menjadi fokus utama dari Bank Mandiri, antara lain perdagangan, properti, serta pertanian dan perkebunan. Menurut Darmawan, perseroan memetakan sektor tertinggi yang dapat bervariasi di masing-masing daerah di Indonesia.
Adapun, Bisnis Indonesia Group menggelar Bisnis Indonesia Economy Outlook 2025 di Raffles Hotel Jakarta pada hari ini.
Acara ini mengusung tema utama yang harmonis dengan visi kebijakan pemerintahan baru yakni "Menuju Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan". Tema tersebut dijabarkan dengan membahas berbagai isu sektoral strategis yang memengaruhi perekonomian Indonesia pada tahun depan.
Presiden Komisaris Bisnis Indonesia Group Hariyadi Sukamdani menilai pentingnya sinergi dan kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan pada 2025.
Hariyadi menyampaikan, pemerintah perlu terus melanjutkan reformasi struktural untuk memperbaiki iklim investasi, memperkuat daya saing industri, serta tingkatkan kualitas sumber daya alam.
“Dalam upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tentu diperlukan sinergi dan kerja sama dari kita semua,” katanya dalam sambutan.