Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan BI Rate Dipangkas ke 5,75%: Faktor Rupiah, Konsumsi, hingga Kebijakan Ekonomi AS

Terdapat sejumlah pertimbangan Bank Indonesia saat memutuskan BI Rate turun ke 5,75%, mulai dari konsumsi domestik yang melambat hingga kebijakan ekonomi AS.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono (kiri) dan Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti memberikan pemaparan pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (15/1/2025). / Bisnis-Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono (kiri) dan Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti memberikan pemaparan pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (15/1/2025). / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia resmi memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75%, usai ditahan 6% sejak Oktober 2024.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keputusan tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan dari kondisi dinamika global maupun dalam negeri.

Setidaknya terdapat tiga hal yang menjadi pertimbangan, yakni rupiah yang stabil, survei sejumlah indikator ekonomi yang menunjukkan pelemahan konsumsi, serta sudah lebih jelasnya arah kebijakan AS dan The Fed. 

"Oleh karena itu, ini adalah waktu untuk menurunkan suku bunga supaya bisa menciptakan mendorong ekonomi untuk menciptakan pertumbuhan," tuturnya dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025).

Lebih lanjut, Perry memaparkan pertimbangan pertama yakni kondisi rupiah yang saat ini tertahan di level Rp16.200-an per dolar AS dianggap cukup stabil. Selain itu, inflasi terpantau rendah di batas bawah target 2,5±1%. Selain itu, konsumsi masyarakat yang melemah juga menjadi perhatian Bank Indonesia.

"[Bank Indonesia] menurunkan BI Rate supaya mendorong pertumbuhan [ekonomi], dari sisi permintaan [demand]," ujar Perry.

Pertimbangan kedua, penurunan suku bunga sekarang memang masih di tengah ketidakpastian kebijakan AS dan The Fed terhadap Fed Fund Rate, namun sudah lebih jelas.

Bahkan BI telah melakukan sejumlah perhitungan akan arah kebijakan pemerintah AS seperti dampak kenaikan yield akibat defisit fiskal APBN AS sebesar 7,7%. Termasuk arah pemangkasan Fed Fund Rate pada 2025.

"Sekarang kami sudah mulai paham, kemunginkan Fed Fund Rate hanya sekali 25 bps, itu sudah kami hitung. Dua dampak ini juga kami sudah bisa memperkirakan arah pergerakan dolar indexnya," jelasnya.

Ke depan, bank sentral masih akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga BI Rate yang akan mempertimbangkan dinamika yang terjadi di global dan nasional.

Perry menjelaskan bahwa stance akan keputusan tersebut mengutamakan kesimbangan kebijakan moneter yang pro-stability dan pro-growth.

"Ketika kita menurunkan BI Rate, perubahan stance sudah ada, pro stability and growth. Kami juga menyampaikan mencermati masih terbukanya ruang penurunan suku bunga," tuturnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper