Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate di Antara Inflasi Rendah Vs Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Meski inflasi melandai, Bank Indonesia dinilai belum punya cukup banyak ruang untuk menurunkan suku bunga acuan karena rupiah yang masih terus melemah.
Annasa Rizki Kamalina,Surya Dua Artha Simanjuntak
Selasa, 4 Februari 2025 | 08:30
Para pekerja melintas di depan kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Senin (19/6/2023). / Bloomberg-Dimas Ardian
Para pekerja melintas di depan kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Senin (19/6/2023). / Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Nasib suku bunga acuan BI Rate kini berada di antara inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang terus melemah tertekan dolar AS.

Adapun inflasi yang terkendali dan nilai tukar rupiah yang stabil menjadi dua hal yang masuk dalam pertimbangan Bank Indonesia sebelum memutuskan untuk menurunkan, menaikkan, maupun menahan suku bunga acuan BI Rate setiap bulannya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi inflasi Januari 2025 secara bulanan mengalami deflasi sebesar 0,76% sementara secara tahunan mengalami inflasi 0,76%.

Capaian tersebut pun tercatat sebagai deflasi bulanan terdalam sejak Agustus 1999 dan inflasi tahunan terendah sejak Januari 2000 yang lalu.

Meski inflasi melandai, ekonom menilai Bank Indonesia belum punya cukup banyak ruang untuk menurunkan suku bunga acuan karena rupiah yang masih terus melemah.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang menyampaikan per 1 Februari 2025 lalu, Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif terhadap Kanada (25%), Meksiko (25%), dan China (10%), yang meningkatkan ketegangan perdagangan dan menyebabkan rupiah melemah melebihi Rp16.400 per dolar AS.

Akibatnya, terjadi perang dagang yang berdampak negatif ke nilai tukar rupiah. Oleh sebab itu, dia meyakini Bank Indonesia (BI) tidak akan memiliki ruang penurunan suku bunga yang siginifikan.

BI, sambungnya, akan lebih fokus memperbaiki kurs rupiah ke depan. Tak hanya itu, Hosianna juga melihat inflasi juga dapat meningkat seiring naiknya biaya impor bahan pokok

"Dengan meningkatnya inflasi domestik dan volatilitas rupiah, Bank Indonesia diprediksi akan mempertahankan suku bunga di 5,75% pada pertemuan 18—19 Februari," ujar Hosianna dalam keterangannya, Senin (3/2/2024).

Sementara itu, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto menyampaikan dengan penguatan indeks dolar atau DXY yang hampir ke angka 110, memberikan sinyal mata uang non-dolar AS khususnya mata uang emerging market sebagian besar mengalami pelemahan.

Dengan kata lain, pelemahan rupiah bukan karena fundamental, namun karena penguatan dolar AS yang juga menekan mata uang di negara emerging market lainnya.

Edi tidak dapat membagikan proyeksinya terkait sampai kapan volatilitas rupiah akibat Trump akan berlangsung. Satu hal yang menjadi fokus baginya, yakni menjaga investor tetap confidence di pasar domestik.

"Tentu dalam kondisi demikian yang penting adalah menjaga market confidence pasar dengan menjaga keseimbangan supply demand valas di pasar dan menjaga sentimen pasar domestik tetap kondusif. Tentu BI akan berada dipasar untuk menjaga market confidence tersebut," ujarnya kepada Bisnis, Senin (3/2/2025).

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025, Gubernur BI Perry Warjiyo memutuskan untuk menurunkan BI Rate dari 6% menjadi 5,75%.

Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5%±1%, terjaganya nilai tukar rupiah—meski di level Rp16.300-an per dolar AS—yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, Perry memastikan bahwa Bank Indonesia akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasarannya dan nilai tukar yang sesuai fundamental, dengan tetap mencermati ruang untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan nasional.

"Kami mencermati masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Waktunya tentu saja sesuai dinamika yang terjadi di global dan nasional," tuturnya, Rabu (15/1/2025). 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper