Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) atau BRI menjadwalkan pengumuman laporan kinerja keuangan 2024 pada Rabu (12/2/2025) besok. Bank pelat merah ini diprediksi meningkatkan pendapatan dan laba bersih dari perolehan pada 2023.
Berdasarkan data Terminal Bloomberg, pendapatan BRI diproyeksikan mencapai Rp200,21 triliun per Desember 2024. Angka ini lebih tinggi dari realisasi pendapatan per Desember 2023 yang senilai Rp183,29 triliun.
Permufakatan analis yang dihimpun Bloomberg lantas memprediksi laba bersih BRI mencapai Rp61,06 triliun pada 2024, atau tumbuh 1,6% YoY dari pencapaian laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik pada 2023 yang sebesar Rp60,1 triliun.
Sebagai gambaran, BRI membukukan laba bersih individual sebesar Rp50 triliun sampai dengan November 2024, tumbuh 3,96% secara tahunan (year on year/YoY) dari level Rp49,09 triliun. Perolehan ini membuat BRI finis pertama dalam urutan laba bersih bank pelat merah pada periode yang sama.
Terkait fungsi intermediasi, BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp1.219,21 triliun per November 2024, naik 4,99% YoY. Alhasil, aset bank pun naik 4,36% hingga mencapai Rp1.851,3 triliun.
Terkait pendanaan, BRI telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.386,71 triliun per November 2024, tumbuh 6,95% YoY.
Prospek Saham BBRI
Konsensus analis yang sama juga masih memberikan proyeksi positif terkait prospek saham BBRI.
Dari 36 sekuritas, sebanyak 32 atau 88,9% di antaranya merekomendasikan buy, 3 lainnya merekomendasikan hold, sedangkan 1 merekomendasikan sell. Target harga rerata saham BBRI adalah Rp5.356,86 dalam 12 bulan ke depan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (10/2/2025), saham BBRI parkir di zona merah 1,49% atau turun 60 poin dan ditutup pada level Rp3.970. Kapitalisasi pasar alias market cap BBRI mencapai Rp597,2 triliun.
Tren depresiasi terjadi juga terjadi dalam jangka waktu sepekan, yang mana saham BBRI minus 6,57%. Dalam waktu sebulan terakhir, saham BBRI naik 3,38%, tetapi turun 10,76% dalam tiga bulan terakhir.
Sebelumnya Direktur Utama BRI Sunarso juga memberikan pandangannya terkait dividen perseroan. Menurutnya, secara fundamental, saham BRI masih sangat solid.
Dalam situasi tidak mudah, BBRI disebutnya mampu mempertahankan profitabilitas dengan laba yang diproyeksikan sama dengan tahun lalu.
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BRI, lanjutnya, berada di atas 26% atau lebih dari cukup untuk menutup risiko sekaligus memenuhi aturan termasuk Basel III, yang berada pada level sekitar 17,5%.
"Artinya apa, itu sampai 5 tahun ke depan berapapun laba BRI tidak perlu ditahan untuk memperkuat permodalan. Artinya, laba BRI memang harus dibagi supaya return on equity [ROE] bisa bertahan," katanya seperti dilansir dari YouTube Hermanto Tanoko yang tayang 16 Januari 2025.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.