Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dirkeu BCA (BBCA) Bicara Dampak Kebijakan Trump ke Perbankan

Direktur Keuangan BBCA Vera Eve Lim menyatakan kebijakan Donald Trump telah menghadirkan tantangan bagi perbankan, salah satunya terkait suku bunga tinggi.
Pekerja beraktivitas di dekat logo milik PT Bank Central Asia Tbk di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Pekerja beraktivitas di dekat logo milik PT Bank Central Asia Tbk di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menyoroti sejumlah tantangan sektor perbankan di tengah ketidakpastian kebijakan Donald Trump. 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kerap bersikap agresif terhadap sekutu dan lawan dagangnya dengan menerapkan atau mencabut tarif impor secara fluktuatif, yang mengakibatkan ketidakpastian global berlanjut. 

“Trump ini unik, ya. Kebijakannya cepat berubah. Hari ini dia ingin mengenakan tarif, tetapi besok pagi bisa saja berubah karena merasa kurang cocok,” ujar Direktur Keuangan BBCA Vera Eve Lim, Jumat (14/3/2025).

Vera menjelaskan bahwa hal itu turut memberikan dampak terhadap sektor keuangan. Pasalnya, kebijakan seperti tarif impor, imigrasi, hingga pemotongan pajak biasanya diikuti dengan kenaikan harga di AS yang pada gilirannya mengerek inflasi.

Akibatnya, The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Pernyataan ini sangat berbeda dibandingkan dengan September tahun lalu. 

“Bagi industri perbankan, ini berdampak langsung pada perbedaan suku bunga. Nasabah yang memiliki dana lebih sejak tahun lalu sudah mulai mencari investasi dengan imbal hasil lebih tinggi. Saat ini, banyak yang memilih obligasi karena menawarkan yield yang lebih menarik,” ucap Vera. 

Situasi tersebut lantas berpengaruh terhadap pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Tahun lalu, lanjut Vera, pertumbuhan dana murah (current account saving account/CASA) perbankan hanya sekitar 3%, salah satu yang terendah. 

Dia juga menyatakan bahwa pertumbuhan deposito di kisaran 1,3% hingga 1,4%. Kondisi ini akhirnya membuat persaingan likuiditas antarbank menjadi semakin ketat. 

“Akibatnya, cost of fund sulit turun dan ini akan menjadi tantangan bagi industri perbankan, setidaknya dalam jangka waktu satu tahun ke depan,” ungkapnya. 

Dampak lain yang dirasakan sejak tahun lalu adalah depresiasi nilai tukar rupiah. Kondisi ini pun membuat BCA menyarankan sejumlah debitur korporasi yang memiliki pinjaman dalam dolar AS untuk mengonversinya ke rupiah.

“Banyak dari mereka mulai melakukan konversi sejak tahun lalu, dan ini langkah yang baik karena lindung nilai atau hedging sangat penting. Mengelola risiko depresiasi mata uang bukanlah hal yang mudah,” tuturnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper