Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) memutuskan untuk menebar dividen senilai Rp751,83 miliar dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada hari ini, Rabu (26/3/2025).
BTN meraup laba bersih Rp3 triliun pada 2024, sehingga total dividen itu setara dengan 25% dari laba perseroan. Nilai dividen tahun buku 2024 yang ditebar BTN setara dengan Rp53,57 per saham.
Para pemegang saham BTN juga menetapkan bahwa 75% dari laba tahun buku 2024 alias Rp2,25 triliun digunakan sebagai saldo laba ditahan perseroan.
Sebelumnya, Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu memperkirakan rasio pembagian dividen (dividend payout ratio) berada pada kisaran 20%-25% dari total laba, seiring pertimbangan kecukupan modal perseroan.
“Tapi kalau kita lagi merasa bahwa kita perlu naikkan dividend payout dengan pertimbangan tertentu, kita akan naikkan sama pemerintah. Tapi most likely saya kasih guidance saja, 20%-25% lah pasti,” katanya dalam public expose, Selasa (27/8/2024).
Sebelumnya, untuk tahun buku 2023, BTN membagikan dividen tunai senilai Rp700,19 miliar alias Rp49,89 per saham. Nilai tersebut mencerminkan rasio pembagian dividen sebesar 20% dari laba bersih BTN sebesar Rp3,5 triliun pada tahun yang sama.
Baca Juga
Pada tahun buku 2022, bank spesialis perumahan ini menebar dividen senilai Rp43,39 per saham, atau sebesar Rp609 miliar. Realisasi itu mencerminkan dividend payout ratio yang sama, yakni 20% dari laba bersih tahun buku 2022 senilai Rp3,04 triliun.
Sementara itu untuk tahun buku 2021, jumlah dividen tunai yang dibagikan BTN ialah sebesar Rp237,62 miliar, atau sebesar Rp22,43 per saham. Jumlah tersebut setara dengan 10% dari laba bersih BTN tahun buku yang sama, yang sebesar Rp2,37 triliun.
Adapun ada sembilan mata acara yang akan dibahas dalam RUPST BTN. Pertama, RUPST akan meminta persetujuan laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan bank tahun buku 2024.
“Perseroan menyampaikan Laporan Tahunan dan Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris untuk mendapatkan persetujuan serta Laporan Keuangan Perseroan termasuk Laporan Keuangan Program Pendanaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil [PUMK],” demikian penjelasan manajemen BTN, dikutip Senin (17/3/2025).
Kedua, pertemuan itu juga akan menentukan penetapan penggunaan laba bersih BTN tahun buku 2024. Ketiga, penetapan gaji/honorarium beserta fasilitas dan tunjangan tahun buku 2025, serta tantiem atas kinerja tahun buku 2024 bagi direksi dan dewan komisaris BTN juga akan ditetapkan dalam RUPST.
Agenda keempat adalah persetujuan penunjukkan akuntan publik dan/atau kantor akuntan publik. Kelima, RUPST BTN akan meminta persetujuan usulan jumlah plafon hapus tagih piutang macet terkait program perekonomian pemerintah.
Keenam, RUPST BTN bakal membahas persetujuan rancangan restrukturisasi terkait pemekaran usaha bisnis syariah. Aset Unit Usaha Syariah (UUS) BTN telah mencapai Rp60,56 triliun, sehingga perseroan wajib melakukan penyapihan alias spin-off.
Lebih lanjut, agenda ketujuh adalah persetujuan pengambilalihan PT Bank Victoria Syariah. Hal ini menjadi bagian dari spin-off UUS berdasarkan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Selain itu, mata acara kedelapan adalah perubahan anggaran dasar perseroan. Puncaknya, agenda kesembilan akan membahas perubahan susunan pengurus BTN yang terdiri dari dewan komisaris dan direksi.