Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan BUMN di bawah Kementerian Keuangan, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF sedang mendorong keterlibatan perusahaan asuransi dalam ekosistem pembiayaan hunian dengan skema sewa beli atau rent to own (RTO).
Menanggapi hal tersebut, Fauzi Arfan Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, dan GCG Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengatakan bahwa pada prinsipnya industri asuransi jiwa selalu mendukung program pemerintah dan lembaga negara yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Hal ini termasuk inisiatif pembiayaan rent to own yang tengah dikembangkan PT Sarana Multigriya Finansial [SMF]. Kami memandang bahwa program ini sangat relevan dan strategis, mengingat kepemilikan rumah merupakan kebutuhan primer masyarakat yang semakin hari semakin sulit dijangkau oleh segmen masyarakat berpenghasilan tidak tetap," kata Fauzi kepada Bisnis, Rabu (30/4/2025).
Dalam skemanya, SMF akan berperan sebagai penyedia likuiditas bagi lembaga keuangan baik itu bank maupun multifinance sebagai pihak penyalur pembiayaan rumah.
Dengan skema RTO, pembelian properti yang dilakukan oleh calon pembeli dapat dengan menyewa terlebih dahulu sebelum akhirnya membeli. Di sini, perusahaan asuransi memiliki opsi untuk bisa memberikan proteksi ketika penyewa atau calon pembeli meninggal dunia.
Fauzi menilai keterlibatan asuransi jiwa dalam skema tersebut merupakan langkah positif dalam menciptakan sistem pembiayaan yang berkelanjutan dan aman, baik bagi penyedia pembiayaan maupun penerima manfaat.
Baca Juga
"Kami sangat terbuka untuk berdialog lebih lanjut dengan seluruh pemangku kepentingan guna merumuskan peran yang tepat bagi industri asuransi jiwa, khususnya terkait mekanisme penilaian risiko, desain produk perlindungan yang sesuai, serta edukasi terhadap calon nasabah mengenai pentingnya perlindungan jiwa dalam jangka panjang," ujarnya.
Selain itu, Fauzi mengatakan keterlibatan industri asuransi jiwa dalam skema rent to own membuka peluang perluasan akses proteksi ke segmen masyarakat yang selama ini kurang tersentuh layanan keuangan, seperti pekerja informal dan masyarakat nonfixed income. Menurutnya hal itu selaras dengan semangat inklusi keuangan yang terus didorong AAJI.
Menurutnya kolaborasi tersebut juga berpotensi memicu inovasi produk-produk baru yang lebih adaptif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, khususnya yang terintegrasi dengan instrumen pembiayaan kepemilikan rumah.
Di sisi lain, menurutnya hal itu juga dapat memperkuat pesan literasi bahwa perlindungan asuransi jiwa sangat penting dalam setiap aspek kehidupan, termasuk saat mengambil keputusan finansial jangka panjang seperti kepemilikan rumah.
"Namun demikian, agar manfaat program ini dirasakan secara luas dan berkeadilan, kami mendorong agar seluruh pelaku industri asuransi jiwa diberikan ruang untuk berpartisipasi, tanpa diskriminasi. Semangat kolaborasi yang merata ini diyakini dapat menciptakan ekosistem pembiayaan yang lebih sehat, memperkuat resiliensi industri, sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perlindungan asuransi jiwa," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Bisnis SMF Heliantopo mengatakan skema pembiayaan RTO hunian ini menyasar pada masyarakat nonfixed income. Dia menargetkan skema pembiayaan ini bisa mulai dijalankan pada kuartal II/2025 dengan melibatkan lintas industri termasuk asurasi.
"Kalau risiko penyewa itu gagal kan penyewa diganti yang lain. Kalau ada tanggung jawab pencari penyewa itu dari pihak developer, lalu ada buyback. Jadi, kita sudah buat beragam mitigasi. Kalau meninggal ada asuransi. Concern dari lembaga keuangan ini kita coba address satu-satu. Harapannya mereka tertarik," tandasnya.