Bisnis.com, JAKARTA – Likuiditas perbankan nasional pada kuartal II/2025 diproyeksikan membaik seiring dengan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang mulai menunjukkan deeskalasi.
Dian Ayu Yustina selaku Head of Macroeconomic & Financial Market Research Department PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menyebut bahwa kondisi likuiditas masih menjadi tantangan perbankan pada awal tahun ini, tecermin dari pelambatan penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).
“Bulan Maret ada sedikit moderasi, pertumbuhan kredit melambat ke 9%. Namun di sisi DPK atau deposit, pertumbuhan deposit lebih baik dibandingkan akhir tahun lalu, tapi sebenarnya relatif masih rendah,” katanya dalam konferensi pers Economic Outlook Q2 2025 secara virtual, Senin (19/5/2025).
Dian lantas menyebut bahwa kondisi ini pun tecermin dari rasio loan to deposit ratio (LDR) perbankan yang terbilang ketat pada kisaran 88% hingga akhir kuartal I/2025.
Terkait pertumbuhan DPK yang kembali melambat ke level 4,7% secara tahunan (YoY) pada bulan ketiga tahun ini, dia melihat bahwa hal ini banyak dipengaruhi kondisi eksternal, khususnya dinamika perang dagang global.
Menurutnya, aliran dana asing keluar atau capital outflow banyak terjadi beberapa waktu setelah pengumuman tarif resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump. Hal ini dinilai berdampak negatif terhadap pertumbuhan DPK.
Baca Juga
“Namun, sentimen semakin berangsur membaik. Jadi, kita berharap ada capital inflow [aliran dana asing masuk] yang lebih bagus, yang lebih meningkat masuk ke sistem perbankan domestik,” tuturnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat penghimpunan dana pihak ketiga pada Maret 2025 mencapai Rp8.725,6 triliun, tumbuh 4,7% YoY. Torehan itu melambat dari pertumbuhan per Februari 2025 yang sebesar 5,6% secara tahunan.
Pelambatan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan DPK korporasi yang hanya tumbuh 9,7% YoY menjadi Rp4.204,1 triliun per Maret 2025, melambat dari bulan sebelumnya yang sebesar 12,9%.
Di sisi lain, simpanan golongan nasabah perorangan menunjukkan perbaikan dengan tumbuh 1,1% YoY menjadi Rp4.116,1 triliun, usai terkontraksi 0,9% pada Februari 2025.