Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Poin-Poin RDG BI: Suku Bunga dan Outlook Ekonomi Turun, Bank Diminta Genjot Kredit

BI memangkas suku bunga acuan BI Rate menjadi 5,5% dalam RDG Mei 2025. Selain itu, bank sentral juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi RI 2025.
Annasa Rizki Kamalina,Reyhan Fernanda Fajarihza
Kamis, 22 Mei 2025 | 08:33
Karyawan melintas di gedung Bank Indonesia (BI) di Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di gedung Bank Indonesia (BI) di Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20—21 Mei 2025.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan bahwa berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20—21 Mei 2025, bank sentral menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,50%. Keputusan tersebut menjadi penurunan pertama suku bunga pada tahun ini.

Perry mengatakan keputusan suku bunga ini konsisten dengan perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang rendah, serta tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%.

"[Keputusan itu merupakan] upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (21/5/2025).

Perry menyampaikan keputusan pemangkasan suku bunga acuan atau BI Rate mempertimbangkan tiga hal.

Pertamainflasi domestik yang cukup rendah. Per April 2025, inflasi umum Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 1,17% dan diperkirakan akan mencapai 2,6% pada akhir tahun. Masih dalam sasaran 2,5±1%.

Kedua, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 yang sebesar 4,87% secara tahunan atau year on year (YoY) nyatanya lebih rendah dari kuartal IV/2024 yang sebesar 5,02%.

Ketiga, kinerja rupiah terus menunjukkan penguatan dalam satu bulan terakhir ke bawah level Rp16.500-an per dolar AS.

“Oleh karena itu, Bank Indonesia juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tentu saja pertimbangan inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat,” ujarnya.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dipangkas

Dengan latar belakang pertumbuhan ekonomi tersebut, BI jugamemangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2025 dari rentang 4,7%—5,5% menjadi 4,6%—5,4%, meskipun ketidakpastian global akibat tarif resiprokal mulai mereda.

Pemangkasan proyeksi ini nyatanya telah terjadi sejak bulan lalu, yang sebelumnya diprediksi akan lebih rendah dari titik tengah 4,7%—5,5%.

Revisi ke bawah ekonomi Indonesia tersebut juga dilakukan saat Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo merevisi ke atas ekonomi global dari 2,9% menjadi 3%. 

“BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada dalam kisaran 4,6%-5,4% lebih rendah dari sebelumnya 4,7%-5,5%,” ujarnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (21/5/2025).

Perry menyampaikan bahwa saat ini ekonomi Indonesia perlu terus diperkuat untuk memitigasi dampak ketidakpastian global akibat kebijakan tarif resiprokal. 

Terlebih, realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2025 yang sebesar 4,87% secara tahunan atau year on year (YoY), lebih rendah dari harapan pemerintah. 

Untuk itu, berbagai respon perlu makin diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi untuk mengutamakan permintaan domestik serta optimalisasi ekspor. 

Genjot Kredit, Pangkas Suku Bunga Bank

BI memandang bahwa suku bunga kredit dan simpanan perbankan perlu diturunkan untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit.

Perry mengungkapkan bahwa suku bunga instrumen di pasar uang seperti Sekuritas Rupiah BI (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN) cenderung menurun usai bank sentral memangkas BI Rate pada Januari lalu.

“Namun demikian, suku bunga perbankan masih tetap relatif tinggi. Pada April 2025 suku bunga deposito 1 bulan tercatat 4,83%, meningkat dari 4,81% pada awal Januari 2025,” katanya.

Dia menjelaskan, terdapat kecenderungan sejumlah bank untuk menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan.

Perry lantas melanjutkan bahwa suku bunga kredit perbankan juga masih relatif tinggi, yakni sebesar 9,19% pada April 2025. Angka itu disebutnya relatif sama dengan 9,20% pada awal Januari 2025.

Itu sebabnya, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, BI memandang bahwa suku bunga perbankan perlu diturunkan untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit.

Lebih lanjut, dia menyebut bahwa penyaluran kredit perbankan pada bulan keempat tahun ini tumbuh 8,88% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dari Maret 2025 yang sebesar 9,16% YoY.

“Dari sisi penawaran, minat penyaluran kredit oleh bank masih baik, terutama pada sektor pertanian; listrik, gas, dan air; dan jasa sosial,” lanjutnya.

Selain itu, Perry berujar bahwa kondisi likuiditas perbankan Tanah Air secara umum masih baik, meskipun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) cenderung melambat.

DPK perbankan tumbuh 5,51% YoY pada Januari 2025, tetapi menurun ke level 4,55% YoY pada April 2025.

“Kondisi ini mendorong persaingan dalam pendanaan antarbank dan perlunya memperluas sumber pendanaan lainnya,” terang Perry.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper