Bisnis.com, JAKARTA — Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2025 terpantau senilai US$152,5 miliar, stabil dari bulan sebelumnya meskipun memasuki musim pembayaran utang luar negeri dan dividen pada kuartal II/2025.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede memandang cadangan devisa yang tetap solid ini terjadi di tengah pembayaran utang luar negeri pemerintah dan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia (BI) sebagai respons terhadap ketidakpastian pasar keuangan global yang persisten.
“Secara musiman, pembayaran dividen atas aset keuangan domestik kepada non-residen, serta pembayaran bunga utang, cenderung mencapai puncaknya pada kuartal kedua setiap tahun,” tuturnya, Selasa (10/6/2025).
Posisi cadangan devisa juga diperkuat oleh aliran masuk modal asing yang tercatat di pasar keuangan. Josua melihat pada Mei 2025, pasar keuangan Indonesia mencatat arus masuk modal bersih senilai US$2,77 miliar.
Secara perinci, SBN mampu menarik arus masuk bersih US$1,80 miliar, pasar ekuitas mencatat arus masuk bersih US$0,34 miliar, dan Sekuritas Rupiah BI (SRBI) menerima arus masuk bersih US$0,63 miliar.
“Arus masuk bersih ini didorong oleh perbaikan sentimen pasar global, yang dipicu oleh sinyal positif dari negosiasi perdagangan antara AS dan mitra dagang utamanya,” lanjut Josua.
Baca Juga
Stabilnya posisi ini juga telah diprediksi oleh Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau Bank BCA David Sumual karena aliran dana asing meningkat di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Terlebih, Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan atau BI Rate pada pertemuan bulan lalu sebesar 25 bps.
Senada, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang mengungkapkan bahwa memang tetap kuatnya tabungan valuta asing (valas) Indonesia sejalan dengan masuknya aliran modal asing.
Alhasil, rupiah pun menunjukkan penguatan selama Mei 2025 yang tercermin dengan kurs JISDOR pada akhir bulan lalu ditutup pada level Rp16.300 per dolar AS dari akhir April yang senilai Rp16.679 per dolar AS.
“Nilai tukar yang cenderung menguat di Mei sejalan masuknya inflow asing di SBN dan ekuitas pascadepresiasi yang dalam di April lalu. Kondisi ini dukung kestabilan posisi cadangan devisa,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (10/6/2025).
Adapun dalam catatan Bisnis, meski dalam nilai dolar posisi cadangan devisa tetap, namun mengikuti perkembangan rupiah yang semakin menguat, jumlahnya menurun.
Di mana US$152,5 miliar pada akhir April setara dengan Rp2.543,55 triliun (JISDOR per 30 April 2025 Rp16.679 per dolar AS) sementara per akhir Mei 2025 setara Rp2.485,75 triliun (JISDOR per 28 Mei 2025 Rp16.300 per dolar AS) atau turun Rp57,8 triliun.
Ketidakpastian Masih jadi Tantangan
Ekonom BNLI Josua Pardede melihat meskipun ketegangan perang dagang saat ini telah mereda, pihaknya masih mewaspadai ketidakpastian pasar keuangan global dapat berdampak terhadap cadangan devisa Tanah Air.
Pasalnya, pendekatan proteksionis AS dapat memperburuk tekanan inflasi di AS, menciptakan dilema kebijakan bagi The Fed, terutama dalam menyeimbangkan pengendalian inflasi dengan kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi AS.
Belum lagi ditambah dengan stagnasi ekonomi China yang berkepanjangan, lingkungan ini kemungkinan akan memperkuat preferensi investor terhadap aset safe-haven, sehingga mengurangi minat terhadap aset berisiko, terutama di pasar emerging seperti Indonesia.
Sementara kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) diharapkan dapat membantu menanggulangi dampak aliran modal yang melambat ditambah dengan bantuan surplus neraca perdagangan yang masih berlanjut.